Bermain menjadi aktivitas yang menyenangkan bagi seorang siswa. Menggunakan berbagai macam mainan yang menarik ataupun sekedar bermain petak umpet dan berlari, menjadi hal yang wajib bagi siswa. Bahkan,di sekolahpun siswa cenderung untuk menghabiskan waktu istirahat mereka untuk bermain. Kegiatan di kelas menjadi kegiatan yang menahan mereka melakukan kegiatan itu. Sehingga, siswa menjadi jenuh dan terus menunggu jam istirahat. Kegiatan seperti ini jelas mengganggu konsentrasi siswa saat belajar. Hal ini juga dirasakan oleh siswa kelas 4 SDN Nglondong Parakan Temanggung. Nyatanya, keinginan untuk segera istirahat dan bermain membuat konsentrasi siswa terganggu ketika belajar. Lantas “Mengapa kegiatan bermain tidak diaplikasikan dalam pembelajaran di kelas?”
Kegiatan belajar sambil bermain menjadi satu alternatif menarik untuk di aplikasikan ke dalam proses pembelajaran. Dengan adanya kegiatan ini, siswa akan senang dan terhindar dari rasa jenuh saat mempelajari suatu materi yang disajikan oleh gurunya. Sehingga, konsetrasi siswa tidak akan terganggu. Salah satu metode pembelajaran sekaligus bermain yang bisa dipilih adalah Talking Stick .
Secara etimologis kata Talking Stick berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata yaitu Talking yang artinya berbicara dan Stick yang artinya tongkat. Sehingga bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yaitu tongkat berbicara. Ramadhan (2010:12) mengungkapkan bahwa Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum. Dengan cara ini, Talking Stick akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua telah mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua rapat/pimpinan rapat.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai berbicara yang diberikan secara bergiliran atau bergantian.Dengan permainan menggunakan Talking Stick ini, Semua siswa terlibat aktif untuk membaca ataupun menjawab pertanyaan saat mendapatkan tongkat tersebut.
Secara tidak langsung, konsentrasi siswa sangat dibutuhkan dalam pembelajaran dengan permainan ini. Daud (2010: 2) menjelaskan bahwa konsentrasi belajar adalah pemusatan perhatian dalam proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan yang terdapat dalam berbagai bidang studi. Penerapan permainan Talking Stick menuntut konsentrasi tinggi sehingga siswa siap menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat tanpa terlebih dulu ditunjuk atau mengajukan diri, tetapi berdasar pemberhentian tongkat yang bergulir .Sehingga, hal ini meminimalkan terjadinya monopoli kelas oleh siswa yang paling pintar. Hal yang demikian terlihat pada setiap pertemuan yaitu pada saat stick digulirkan, siswa yang memegang tongkat harus menjawab salah satu pertanyaan yang ada di dalam tongkat.
Untuk menghindari terjadinya senam jantung pada diri siswa maka, permainan tersebut diiringi oleh iringan musik. Keuntungan penggunaan musik adalah membuat siswa rileks dan mengurangi rasa stres. Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat konsentrasi siswa meningkat (Lilik: 2012:2). Unsur permainan dalam pembelajaran akan menimbulkan konsentrasi dalam diri siswa untuk aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
Sehingga, suasana pembelajaran menjadi lebih hidup dan tidak membosankan bagi siswa.
Evi Ernawati S.Pd
SDN Nglondong , Parakan , Temanggung