Di dalam pelaksanaan pelayanan Bimbingan dan Konseling, seorang guru Bimbingan dan Konseling dihadapkan pada karakteristik peserta didik yang berbeda-beda, sehingga masing-masing individu memiliki perilaku dengan permasalahan masing-masing.
Dianatara perilaku peserta didik yang memerlukan perhatian guru Bimbingan dan Konseling adalah kesulitan penyesuaian diri peserta didik. Kesulitan penyesuaian diri akan berdampak pada terhambatnya perkembangan potensi peserta didik secara optimal.
Menurut Abu Ahmadi (2002), penyesuaian diri diartikan sebagai mengolah diri sendiri sesuai dengan keadaan lingkungannya, tetapi juga mengolah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan) diri. Pergaulan peserta didik di lingkungan sekolah muncul permasalahan penyesuaian diri yang dapat di identifikasikan sebagai berikut; 1) Suka menyendiri; 2) Merasa rendah diri; 3) Suka melamun; 4) Terisolir; 5) Tidak disenangi dalam kelompok bermain atau belajar; 6) Egois; 7) Suka berbohong; 8) Tertutup; 9) Pemalu.
Permasalahan kesulitan penyesuaian diri tersebut juga dialami 2 (dua) peserta didik SMA Negeri 1 Sukodono Sragen kelas XI IPA 3. Untuk mengatasi kesulitan penyesuaian diri tersebut penulis menggunakan pendekatan Konseling Trait and Factor. Menurut Eduard Grifft Williamson, konseling Trait and Factor dalam prosesnya bersifat rasional, logis, intelektual, dan menitik beratkan pada prosedur yang obyektif. Tujuan konseling Traid and Factor untuk mencapai tingkah laku excellent dalam segala aspek kehidupan. Cara yang ditempuh untuk mencapai tingkah laku excellent dengan cara: 1) Dibantu memudahkan dalam proses perkembangan hidup; 2) Membantu menilai karakteristik pribadi dan peningkatan penilaian diri; 3) Membantu membuat keputusan dalam pemecahan masalah; 4) Mencapai perkembangan individu yang optimal sebagai pribadi yang utuh.
Williamson (dalam Soeharto, 2009) menyampaikan prosedur baku dalam pelaksanaan Konseling Traid and Factor meliputi analisis, sintesis, diagnosis, prognosis, treatment, dan follow up. Langkah analisis merupakan cara memahami kehidupan individu melalui pengumpulan data dari berbagai sumber. Langkah sintesis merupakan cara pengumpulan dan merangkum data. Diagnosis merupakan langkah menemukan masalah atau mengidentifikasikan masalah. Prognosis suatu langkah meramalkan akibat yang mungkin timbul dari masalah itu dan menunjukkan perbuatan yang dapat dipilih. Treatment merupakan teknik bantuan pemecahan masalah dalam pelaksanaan konseling. Follow up merupakan suatu langkah pemantuan efektif tidaknya suatu usaha konseling yang telah dilaksanakan, dan menentukan langkah tindak lanjut agar permasalahan peserta didik betul-betul terpecahkan.
Dalam konseling Trait and Factor menggunakan analisa perubahan tingkah. Untuk mengetahui kemajuan dan perubahan tingkah laku sebelum dan sesudah diberi konseling digunakan presentase perubahan frekuensi tingkah laku.
Peserta didik pertama menunjukkan perilaku kesulitan dalam penyesuaian diri meliputi: cemberut, egois, menyendiri, teledor dalam mengerjakan tugas. Perubahan berkurangnya frekuensi masalah kesulitan penyesuaian diri peserta didik pertama dari kondisi awal sebesar 4,75%, setelah konseling pertama meningkat menjadi 39,17%, dan setelah konseling kedua meningkat 39,17% menjadi 73,34%.
Peserta didik kedua menunjukkan perilaku kesulitan penyesuaian diri meliputi: pemalu, tidak konsentrasi, mengeluh sakit, terpengaruh lingkungan yang tidak belajar. Perubahan berkurangnya frekuensi masalah kesulitan penyesuaian diri peserta didik kedua dari kondisi awal sebesar 4,5%, setelah konseling pertama meningkat menjadi 41,67%, dan setelah konseling kedua meningkat dari 41,67% menjadi 77,09%.
Dari data diatas menunjukkan bahwa konseling Trait and Factor dapat menyelesaikan masalah kesulitan penyesuaian diri peserta didik secara efektif. Sehingga konseling Traid and Factor dapat dimanfaatkan guru Bimbingan Konseling dalam membantu mengoptimalkan perkembangan peserta didik.
Dra. HARIYATI
Guru Bimbingan Konseling SMA N 1 Sukodono Sragen