JATENGPOS.CO.ID, – Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh kedepan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. Menurut Trianto (2011:1), bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu masalah pokok dalam proses pembelajaran di sekolah adalah masih rendahnya partisipasi aktif peserta didik. Hal ini dapat dilihat pada saat kegiatan diskusi kelompok hanya ada 2 atau 3 peserta didik yang aktif dalam satu kelompok, sedangkan yang lainnya masih bicara sendiri atau melamun.
Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa peserta didik diperoleh informasi bahwa Fisika merupakan pelajaran yang dianggap sulit,membosankan, penuh dengan rumus dan angka-angka yang sulit dimengerti. Anggapan ini mengakibatkan beberapa peserta didik menjadi malas belajar Fisika, sehingga beberapa peserta didik masih enggan untuk ikut berperan aktif pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini menyebabkan guru mengalami kesulitan menghadapi peserta didik yang tidak aktif tersebut.
Bagaimana untuk mengatasi hal tersebut? Untuk mengatasi peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar Fisika maka guru hendaklah selalu meningkatkan kemampuan pedagogik dan profesional. Dalam proses pembelajaran dibutuhkan metode, strategi, ataupun pendekatan yang tepat. Pendekatan adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Strategi adalah siasat yang sengaja direncanakan agar pelaksanaan pembelajaran berjalan lancar. Metode adalah cara menyajikan materi dalam pembelajaran. Guru adalah ujung tombak pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah. Guru harus mampu memilih pendekatan, strategi, metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pokok bahasan agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.
Salah satu modelpembelajaran yang dapatmeningkatkan kreatifitaspesertadidik untuk belajar lebih banyakdanmenyenangkanadalahdenganmembuat Mind Mapping. Mind Mapping atau peta pikiran adalah metode mempelajari konsep didasarkan pada cara kerja otak kita menyimpan informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa otak kita tidak menyimpan informasi dalam kotak-kotak sel saraf yang terjejer rapi melainkan dikumpulkan pada sel-sel saraf yang bercabang-cabang yang apabila dilihat sekilas akan tampak seperti cabang-cabang pohon.
Jadi Mind Mapping adalah model grafis yang berupa diagram, bagan, alur atau simbol yang berisi konsep-konsep dalam pelajaran IPA yang dibuatmenyerupaicabang-cabangselsyarafdansekilasnampakseperticabang-cabangpohon. Melalui model inipesertadidiksalingberinteraksidalammengemukakanpendapatnyadanmenuliskankembalipengetahuan yang dimilikinyasehinggapesertadidiklebihmudahmemahamikonsep IPA Fisika.
Denganmembuat Mind Mapping pesertadidikakanlebih enjoy mempelajariFisika, karenapesertadidikakanlebihbanyakmembacamaterifisikadanberimajinasiuntukdituangkankedalam diagram ataucabang-cabangsebagaimanasimpulsyaraf. SekarangFisikabukanlagimatapelajaran yang sulitdanmembosankan, tapiFisikamenjadilebihmenyenangkandanselaluditunggukehadiranmatapelajarantersebutdikelasolehpesertadidik.
Is Budiyarti, S.Pd
Guru SMP Negeri 1 Eromoko, Wonogiri