Belajar Pawarta dengan StrategiTumata

Azis Winarni, S.Pd

Keterampilan abad 21 yang mencakup 4C yaitu communication, chritical thingking, creative, dan collaboration menjadi dasar pengembangan kompetensi bagi siswa di setiap mata pelajaran yang diberikan. Tak terkecuali, pembelajaran yang mengandung unsur lokal, seperti pembelajaran bahasa Jawa. Di tengah arus globalisasi, justru bahasa Jawa menjadi senjata ampuh agar siswa mempunyai perilaku yang arif dan bijaksana. Perpaduan antara keterampilan abad 21 dan kearifan lokal inilah yang akan tetap menjaga jati diri bangsa dengan tetap menciptakan inovasi dan kreativitas di dalam diri siswa.

            Salah satu materi yang mampu memuat hal tersebut yaitu materi pawarta yang ada dalam pembelajaran bahasa Jawa kelas X.Pawarta atau dalam bahasa Indonesia disebut berita. Teks berita adalah kegiatan yang memfokuskan pada pikiran dan perasaan seseorang untuk  mengenali dan mengkaji hal atau fenomena yang akan ditulisnya berdasarkan narasumbernya (Hidayat, 2011). Suciati, Mascita, dan Pujiatna (2019) menjelaskan bahwa  tujuan pembelajaran menulis teks berita yaitu diharapkan siswa dituntut untuk mampu membuat teks berita berdasarkan peristiwa yang sedang terjadi. Selain itu, diharapkan siswa memperoleh pengalaman dalam menulis teks berita serta memperoleh informasi mengenai suatu hal yang dapat menambah wawasan siswa sehingga dapat berpikir secara kreatif, efektif, dan kritis terhadap suatu masalah.

Baca juga:  Menjadi Konsumen yang Cerdas dalam Pembelajaran Zat Aditif

Ada beberapa unsur di dalam pawarta yang umum untuk diketahui yaitu 5W+1H. What (apa), where (ana ngendi), when (kapan), why (kenangapa), who (sopo). Menurut  Widhiarto (2020) adapun sifat berita yaitu aktual, adoh/cedhak, wigati (penting), akibat, congkrah (konflik), kemajuwan teknologi (kemajuan teknologi), humor, dan emosi.

Materi unsur dan sifat pawarta tampaknya menjadi kendala tersendiri bagi siswa ketika menyusun teks pawarta. Ada beberapa kendala selama ini ketika menjalani pembelajaran pawarta. Pertama, siswa fokus pada teori dan kurang bisa mengembangkan isi berita dengan baik. Kedua, siswa hanya menjabarkan 5W+1H dengan kurang fleksibel. Ketiga, topik berita yang diangkat kurang variatif.

iklan

Menanggapi hal tersebut, guru mencoba menerapkan strategi Tumata: Tumindhak, Maca, Tatakrama. Strategi Tumata memiliki arti bahwa siswa harus teratur dan mengikuti aturan dalam membuat teks pawarta. Aturan tersebut berarti stuktur, kaidah kebahasaan, dan unsur berita.

Baca juga:  Belajar Matriks dengan “Komat”

Strategi Tumata diawali dengan tumindhak. Tumindhak memiliki arti tindakan. Siswa melakukan tindakan dengan mencari bahan berita. Bahan berita ini dapat dicari dengan merekam kejadian di sekitar siswa. Misal siswa mengamati kegiatan vaksinasi, gotong royong, keadaan belajar online. Setelah mencatat 5W+1H kegiatan yang diamati, siswa mulai membuat kerangka berita. Kerangka berita mengikuti prinsip menulis berita, yaitu piramida terbalik. Siswa menulis hal yang penting dahulu kemudian menjabarkan kejadian-kejadian dan informasi dari narasumber.

Setelah menulis, siswa melakukan strategi maca. Maca atau membaca yaitu kegiatan membaca berita yang telah ditulis. Siswa perlu menyunting apa yang kurang dan apa yang perlu diperbaiki dari berita yang telah ditulis. Kegiatan maca ini juga dapat dilakukan dengan teknik teman sebaya. Siswa membaca karya siswa yang lain lalu memberikan koreksi. Hal ini dilakukan saling mengingatkan bagian berita mana yang keliru atau bagian kebahasaan yang tidak sesuai.

Baca juga:  Treasure Hunt untuk mendorong kreatifitas siswa

Tahapan terakhir dalam strategi Tumata yaitu tata krama. Siswa mempresentasikan berita yang telah dibuat sesuai dengan aturan yang berlaku dan sesuai. Tata krama dimaknai sebagai siswa ketika membuat dan mempresentasikan berita harus sesuai dengan tata cara yang benar. Jangan sampai siswa terkesan asal-asalan. Oleh karena itu, penilaian dilakukan di dalam tahapan ini. Penilaian dilakukan dengan menilai dua hal, tulisan dan presentasi. Tulisan tidak hanya hasil akhir, tetapi juga mulai proses pembuatan dan pencarian bahan berita.

Dengan adanya penilaian proses diharapkan guru mendapatkan autentik asesmen. Selain itu, presentasi juga dinilai sebagai bagian dari pemaparan apa yang telah ditulis. Dalam hal ini, siswa diuji bagaiman menyajikan berita dengan baik dan benar.

Oleh:

Azis Winarni, S.Pd

GuruBahasa Jawa SMAN 2 Semarang

iklan