Dengan Proses Lima Fase, Kegiatan Menulis Karangan Jadi Mudah

Sarjilah S.Pd.SD Guru SD Negeri 1 Tlogopucang Kandangan
Sarjilah S.Pd.SD Guru SD Negeri 1 Tlogopucang Kandangan

Keterampilan menulis karangan merupakan keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi siswa. Tujuan menulis karangan adalah siswa mampu mengungkapkan ide, pendapat, dan pengetahuan secara tertulis serta mempunyai hobi menulis. Akan tetapi, tidak semua siswa mampu melaksanakan tugas menulis dengan baik, karena menulis membutuhkan kemampuan yang kompleks dan keterampilan. Hal ini terjadi pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Tlogopucang, dimana pada kegiatan menulis karangan hanya tigapuluh persen saja siswa yang mengalami ketuntasan KKM.

Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk menulis yaitu menggunakan pendapat Tompkins, yaitu Pendekatan Proses Lima Fase. Melalui pendekatan ini, fokus pembelajaran menulis bergeser dari produk ke proses. Proses menulis yang dimaksud adalah sebagai berikut.

Pertama, pramenulis/prewrite. Fase ini merupakan persiapan untuk menulis. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh siswa adalah : menentukan topik tulisan, merumuskan tujuan,  memilih bahan serta membuat kerangka karangan. Kegiatan lain yang dapat membantu siswa dalam menemukan topik karangan adalah berdiskusi, membaca dan menulis untuk topik tulisan mereka.

Baca juga:  Media Benda Kongret Hasil Belajar Panjang, Berat dan Waktu

Kedua, fase penulisan (drafting). Dalam tahap ini, siswa menulis dengan cepat untuk dapat segera menuangkan apa yang di pikiran mereka, seringkali mereka mengabaikan ejaan, tanda baca, penulisan huruf kapital, dan aspek mekanik lainnya. Pada tahapan ini guru tidak memberikan penilaian, namun hanya masukan bersifat konseptif agar dapat membangun konsep karangannya.

iklan

Ketiga fase revisi (revising). Fase revisi menitikberatkan pada meninjau ulang karangan dari segi isi. Pada fase ini, siswa memperbaiki ide yang telah mereka kembangkan pada fase penulisan. Fase ini bukan untuk membuat karangan menjadi lebih luas, tetapi lebih berfokus pada penambahan, pengurangan, penghilangan, dan penyusunan kembali isi karangan sesuai dengan kebutuhan.  Saat revisi, siswa dapat mengganti, menambah, memindahkan, dan menghilangkan bagian tertentu yang dipandang bermasalah. Adapun kegiatan yang dilakukan siswa pada tahap ini adalah : membaca ulang seluruh draf, sharing dan  mengubah tulisan dengan memperhatikan masukan dari teman atau guru.

Baca juga:  Membaca Nyaring Melalui Media Pias-pias Kata

Keempat fase penyuntingan (editing). Fase penyuntingan adalah mengadakan perubahan pada karangan. Tujuannya adalah membuat karangan lebih mudah dibaca orang lain. Aspek yang diperbaiki adalah penggunaan huruf besar, ejaan, struktur kalimat, tanda baca, istilah dan kosakata serta format karangan. Fase ini merupakan waktu  yang paling tepat untuk mengajarkan aspek-aspek mekanik ini. Dalam memeriksa, siswa dan guru membaca cermat karangan untuk menentukan dan menandai kemungkinan bagian-bagian tulisan yang salah. Di sinilah kebermaknaan pembelajaran tata tulis yang dapat meliputi ejaan, tanda baca, dan penggunaan struktur atau istilah. Siswa benar-benar meresapi keterangan dan perbaikan dari guru atau teman sekelas. Menurut Calkins (dalam Sumarwati, Sudarsono, dan Suradi, 2007: 17), cara seperti di atas lebih efektif untuk mengajarkan masalah kebahasaan daripada pengajaran yang bersifat hafalan.

Baca juga:  Listening dengan Mr.10 Board

Kelima Fase Publikasi (publishing) Pada fase publikasi, siswa mempublikasikan tulisan mereka. Siswa yang telah melakukan kegiatan menulis, membaca hasil karyanya, siswa lain dan guru memberikan perhatian dan menyampaikan applaus setelah pembacasan selesai. Pembacaan karya siswa itu dapat memotivasi siswa.

Dalam pelaksanaannya, setiap siswa mungkin akan berbeda-beda hasilnya, hal ini dimungkinkan karena karakteristik siswa berbeda, tetapi dengan penerapan metode ini hasil karangan siswa mengalami peningkatan dari kualitas penulisan.

Sarjilah S.Pd.SD

Guru SD Negeri 1 Tlogopucang Kandangan

iklan