Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah , ialah dengan cara melalui perbaikan proses pembelajaran. Pemilihan strategi dan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan kondisi guru, siswa dan lingkungan, akan menentukan tingkat ketercapainya penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran di kelasnya. Kita menyadari bahwa tingkat kemampuan siswa di kelas berbeda, sehingga hasil pembelajaran yang dicapai juga berbeda. Masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah kreteria yang ditetapkan, yaitu Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Hal di atas juga dialami di kelas yang diampu oleh Penulis pada pelajaran Matematika di kelas VI semester 2 di SD Negeri 3 Bangunsari Kecamatan Pageruyung. Khususnya pada materi “luas permukaan dan volume bangun gabungan”. Hasil ulangan 16 siswa, hanya 9 siswa yang mendapat nilai di atas KKM (6,5). Jadi ketuntasan baru mencapai 56 %. Berdasarkan tingkat ketuntasan tersebut, maka pembelajaran dianggap belum berhasil. Bersama dengan teman sejawat Penulis mencari penyebab pencapaian KKM masih rendah, ternyata masih kurang mendapat kesempatan berlatih dan bimbingan bagi siswa yang kurang pandai. Kerja kelompok adalah metode yang dipilih Penulis. Anggota kelompok terdiri dari kemampuan siswa yang beragam, siswa yang pandai membimbing siswa yang kurang pandai, sehingga siswa mendapat kesempatan berlatih yang lebih banyak dalam kelompoknya. Hal ini berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh pendidikan, diantaranya : (1). Menurut Ibrahim, dkk (2000: 5-6) pembelajaran kelompok merupakan pembelajaran yang dicirikan struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kelompok. Siswa bekerja dalam situasi pembelajaran kelompok di dorong atau dikehendaki untuk bekerjasamaa pada suatu tugas dan mereka harus mengkoordinasi usahanya menyelesaikan tugasnya; (2). Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2009: 12), Metode pembelajaran kerja kelompok adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang terdiri dari 4-6 orang anggota dengan stuktur kelompok heterogen; (3). Menurut Suyitno (Arwadi, 2006: 6), metode pembelajaran kerja kelompok adalah metode pembelajaran yang berbentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan.
Pelaksanaan metode kerja kelompok dengan tujuan meningkatkan pemahaman siswa di kelas VI SD Negeri 3 Bangunsari ini dilakukan dengan cara : (1). Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa untuk belajar; (2). Guru menyajikan informasi kepada siswa; (3). Guru membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan tansisi secara efisien; (4). Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas; (5). Guru mengevaluasi hasil belajar dan kelompok mempresentasikan hasil belajarnya; (6). Guru memberikan penghargaan hasil belajar individu maupun kelompok.
Setelah siswa melakukan kerja kelompok, tingkat pemahaman siswa yang dicapai membuktikan bahwa metode kerja kelompok dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas VI SD Negeri 3 Bangunsari. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan, siswa yang mendapat nilai di atas KKM sejumlah 14 siswa, berarti tingkat ketuntasan mencapai 87,5 % . Selain itu keaktifan dan partisipasi siswa tiap-tiap kelompok bagi siswa yang pandai maupun tidak pandai meningkat. Jadi pada akhirnya siswa tidak pandai dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah pembelajaran dan siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya.
Darwanto, S.Pd.SD
Guru SDN 3 Bangunsari Kecamatan Pageruyung
Kabupaten Kendal