JATENGPOS.CO.ID, – Beberapa siswa kelas 1 menangis ketika pelajaran matematika berlangsung. Kejadian ini terjadi setiap jam pelajaran matematika. Setelah ditelusuri penyebabnya adalah mereka kehilangan lidi, lupa membawa lidi. Kenapa cuma gara-gara lidi mereka sampai menangis? Ternyata lidi menjadi hal yang sangat penting bagi mereka. Lidi digunakan sebagai alat bantu berhitung. Hal ini dapat dimaklumi dikarenakan mereka baru pertama kali bertemu dengan matematika yang sesungguhnya. Tahapan ini menjadi tolak ukur pemahaman matematika, berhasil tidaknya mereka dalam pelajaran matematika di kelas 1 akan berdampak pada pandangan mereka terhadap pelajaran matematika pada jenjang selanjutnya. Jika mereka di kelas 1 menganggap matematika asyik dan menyenangkan tentu mereka antusias bahkan menganggap matematika itu mudah, namun sebaliknya jika mereka menganggap matematika menakutkan bak hantu maka mereka akan benci pada matematika. Nah, sekarang kalau mereka selalu menangis jika tidak ada lidi, akankah mereka menyenangi matematika? Kita pasti sepakat mereka tidak akan menyukai matematika. Lalu apa yang harus kita lakukan untuk merubah pandangan mereka? Salah satu caranya dengan mencari alat peraga pengganti lidi. Alat peraga yang tidak mungkin ketinggalan, atau bahkan hilang. Alat peraga itu adalah “Jari”, yang dapat diterapkan melalui metode jarimatika.
Jarimatika (singkatan dari jari dan aritmatika). “Jarimatika adalah teknik berhitung mudah dan menyenangkan dengan menggunakan jari-jari tangan”. ( Septi Peni, 2008: 17). Jarimatika adalah sebuah cara sederhana dan menyenangkan mengajarkan berhitung dasar kepada anak-anak menurut kaidah : 1) dimulai dengan memahamkan secara benar terlebih dahulu tentang konsep bilangan, lambang bilangan, dan operasi hitung dasar, 2) kemudian mengajarkan cara berhitung dengan jari-jari tangan, 3) Hal penting yang harus dilakukan adalah mengawali melakukan dan mengakhiri kegiatan dengan gembira.
Sedikit gambaran tentang teknik dasar jarimatika:
Tangan kanan sebagai satuan di mana telunjuk dibuka = 1, (telunjuk + jari tengah) dibuka = 2, (telunjuk + jari tengah + jari manis) dibuka= 3, (telunjuk + jari tengah + jari manis + jari kelingking) dibuka = 4, (telunjuk + jari tengah + jari manis + jari kelingking) ditutup + jempol dibuka = 5, (jempol + telunjuk) dibuka = 6, (jempol + telunjuk +jari tengah) dibuka = 7, (jempol + telunjuk + jari tengah + jari manis) dibuka = 8, (jempol + telunjuk + jari tengah + jari manis + kelingking) dibuka = 9.
Tangan kiri sebagai puluhan di mana telunjuk dibuka = 10, (telunjuk + jari tengah) dibuka = 20, (telunjuk + jari tengah + jari manis) dibuka= 30, (telunjuk + jari tengah + jari manis + jari kelingking) dibuka = 40, (telunjuk + jari tengah + jari manis + jari kelingking) ditutup + jempol dibuka = 50, (jempol + telunjuk) dibuka = 60, (jempol + telunjuk +jari tengah) dibuka = 70, (jempol + telunjuk + jari tengah + jari manis) dibuka = 80, (jempol + telunjuk + jari tengah + jari manis + kelingking) dibuka = 90. Semua hitungan diawali dari sikap jari mengenggam.
Contoh penjumlahan sederhana2 + 1 =….Formasi jarimatikanya adalahdibaca tambah 2 BUKA, tambah 1 BUKA, ok?Hasilnya adalah tiga.
Setelah metode ini dipraktekkan langsung ke anak kelas 1, ternyata mereka memberikan respon yang positif. Mereka lebih mudah memahami penjumlahan, tidak lagi menangis karena alat peraganya ketinggalan dan yang pasti hasil belajar mereka meningkat.
TULARNI, S.Pd.SD
Guru SD Negeri 05 Kuta, Pemalang