Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang terdiri dari mata pelajaran Geografi, Sejarah, Sosiologi maupun Ekonomi dalam mempelajari memerlukan waktu yang cukup banyak untuk membaca maupun menghafalkan. Dalam pembelajaran di kelas siswa merasakan kejenuhan, berbicara dengan teman-temannya baik satu bangku maupun dengan teman di belakangnya, pasif, kurang berinteraksi dengan temannya baik laki-laki maupun perempuan, jarang bertanya kepada guru tentang pelajaran, hasil belajar rendah. Guru tidak melibatkan siswa dalam pembelajaran, masih mendominasi pembelajaran, tidak menggunakan media pembelajaran yang dapat memotivasi siswa. Kondisi ini juga dialami di SMP Negeri 2 Tawangharjo Kabupaten Grobogan. Untuk meningkatkan keaktifan bertanya dan hasil belajar siswa diperlukan kreatifitas guru dalam menyampaikan materi pelajaran, supaya para siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran dan hasil belajarnya lebih meningkat lagi.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik). Guru harus bisa mengubah strategi mengajar di kelas yang lebih baik tidak hanya menuntut siswa mengikuti gaya guru mengajar, lebih dari itu mendorong siswa tambah semangat belajar, bersosialisasi dengan temannya. Untuk mengatasi permasalahan di kelas VIII A SMP Negeri 2 Tawangharjo Kabupaten Grobogan guru melakukan perbaikan pembelajaran menggunakan Make A Match.
Anita Lie ( 2004 : 29) mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Make A Match dikembangkan oleh Lorn Curran (1994), Make A Match merupakan teknik belajar mencari pasangan sambil belajar mengenai konsep atau topik dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Pembelajaran menggunakan metode Make A Match guru membuat kartu soal dan kartu jawaban sesuai dengan materi yang diberikan pada saat pembelajaran berlangsung. Guru membagi kartu soal maupun jawaban secara acak kepada siswa. Kemudian siswa mendiskusikan dengan siswa lainya, , walaupun agak gaduh siswa antusias mencari pasangannya, berkumunikasi baik sesama teman. Kalau kartu soal dan jawaban sudah cocok, siswa bersorak, dan merasa senang setelah mereka mendapatkan pasangan yang cocok antara kartu pertanyaan dengan kartu jawaban mereka memperlihatkan pada kelompok lain, tetapi masih ada sebagian bingung untuk mencari pasangannya. Guru menyadari bahwa kemampuan belajar masing-masing siswa berbeda, guru membantu siswa yang mangalami kesulitan dalam pembelajaran tersebut. Kelebihan dari pembelajaran Make A Match meningkatkan kepekaan dan kesetikawanan sosial , menghilangkan sikap mementingkan diri sendiri atau egois, meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia, membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. Tugas dapat diselesaikan dengan benar dan tepat waktu, adanya persaingan sehat.
Hasil penelitian tindakan kelas menggunakan metode Make A Match diperoleh ketuntasan belajar meningkat dari 83,33%, menjadi 87,50%. Kesimpulan Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan keaktifan bertanya serta hasil belajar IPS bagi Siswa Kelas VIII A pada Semester 2 SMP Negeri 2 Tawangharjo Tahun Pelajaran 2017/2018.
Metode belajar kooperatif Make A Match, metode yang tepat karena siswa berperan aktif dalam pembelajaran materi angkatan kerja dan tenaga kerja. Dengan demikian diharapkan keaktifan bertanya dan hasil belajar siswa meningkat. materi angkatan kerja dan tenaga kerja. (*)
Dra. Sri Lestari Sadonowati
Guru SMP Negeri 2 Tawangharjo, Kabupaten Grobogan