Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa dengan Model Talking Stick

Ning titik Hariyanti, S.Pd Guru Bahasa Inggris SMPN 14 Semarang

Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat yang sekarang berlaku mengacu berdasarkan Undang undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dimana pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat berilmu , cakap, kreatif,mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Proses pembelajaran di kelas keberhasilannya sangat bergantung pada guru,bagaimana guru dapat mengelola kelas dan menguasai kelas.Sering kita menjumpai satu kelas yang sebagian  siswanya sulit sekali untuk diajak konsentrasi dalam belajar ,mereka malah mengganggu temannya.Sehingga suasana kelas yang harusnya siswa bersama guru konsentrasi dalam proses belajar mengajar,akhirnya terganggu dengan adanya beberapa siswa yang tidak bisa konsentrasi dalam belajar, khususnya dalam pembelajaran bahasa inggris. Hal ini terjadi di kelas 7 F SMP N 14 Semarang.

Konsentrasi belajar dalam proses belajar mengajar sangat dibutuhkan agar guru dalam menyampaikan materi dapat tersampaikan kepada seluruh siswa. Untuk itu guru harus bisa menentukan model pembelajaran yang tepat,untuk mengatasi masalah ini.sehingga siswa diharapkan mempunyai konsentrasi yang baik dan hasil belajarnya akan maksimal.Salah satu cara yang bisa dipakai untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa adalah dengan menggunakan “TALKING STICK”.

Baca juga:  Karya Inovatif pada KBM Matematika Matrik.

Model pembelajaran Talking Stik adalah suatu model pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat, kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya, selanjutnya kegiatan tersebut diulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru.

iklan

Ada beberapa langkah dalam penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick ini, pertama guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 orang yang heterogen. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, persahabatan atau minat, yang dalam topik selanjutnya menyiapkan dan mempersentasekan laporannya kepada seluruh kelas. Kedua Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm, ketiga guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran. Ke empat Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana. Ke lima Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan. Ke enam Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan. Selanjutnya Guru memberikan kesimpulan dan Guru melakukan evaluasi / penilaian baik secara kelompok maupun individu. Terakhir Guru menutup pelajaran.

Baca juga:  “Matematika Asyik dengan Utang Tapertika”

Dalam metode pembelajaran “ talking stick ‘ ini juga mempunyai kelebihan dan kekurangan .Kelebihannya adalah dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, sehingga siswa tidak tegang dan bisa belajar dengan baik, sehingga siswa merasa termotivasi dan senang untuk dapat mengikuti pelajaran serta dapat menguasai materi pelajaran.,selain itu juga bisa memperoleh sekali dayung dua pelajaran yaitu pelajaran beryanyi dan mapel yang dipakai.Ini dapat membuat Siswa menjadi termotivasi untuk kreatif dalam berbagai macam lagu.Sedangkan kekurangannya adalah Model pembelajaran ini tidak efektif jika siswa tidak bisa bernyanyi.Selain pemberian sanksi yang kurang pas juga akan menghambat proses pembelajaran. Dan ini membutuhkan waktu yang agak lama.

Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa metode talking stick sedikit banyak membuat siswa untuk selalu siap dalam mengikuti pembelajaran. Sebab semua siswa mempunyai kesempatan untuk ditunjuk dan menjawab pertanyaan.

Baca juga:  Eksperimen Picu Motivasi Belajar Siswa

Selain itu, kegiatan estafet sambil bernyanyi membuat siswa merasa gembira dan tidak tegang selama menunggu giliran untuk menjawab pertanyaan. Saya pribadi berpendapat bahwa metode ini cocok digunakan untuk penguatan materi, sehingga siswa tidak bosan dengan materi yang diajarkan. Dengan menggunakan model talking stick ini,siswa diharapkan mampu memiliki konsentrasi tinggi dalam belajar.

Keberhasilan dan kesuksesan siswa sangat berpengaruh dalam proses perkembangan pendidikan. Oleh karena itu Guru dituntut untuk selalu mengembangkan potensinya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.

 

Oleh

Ning titik Hariyanti, S.Pd

Guru Bahasa Inggris

SMPN 14 Semarang

iklan