‘My Friend Is My Teacher’ Pembelajaran Terdiferensiasi Mengakomodasi Kesenjangan Kompetensi Awal Siswa

Sistem PPDB Zonasi yang berlaku pada SMP Negeri dan penghapusan Ujian Nasional menyebabkan sekolah negeri tidak bisa lagi menerima peserta didik baru berdasarkan perolehan nilai di Sekolah Dasar. Sebelum sistem zonasi berlaku siswa di sekolah penulis didominasi oleh anak dengan kemampuan akademis dan non akademis yang sangat baik. Saat ini kemampuan akademis siswa cukup berbeda dengan siswa sebelum sistem zonasi. Kesenjangan kompetensi awal siswa cukup lebar antara satu siswa dengan siswa yang lain. Penulis menggambarkan dalam perumpamaan seorang balita yang belajar berjalan, sebagian siswa telah siap untuk berlari sedangkan sebagian siswa baru belajar merangkak.

Keadaan ini tidak boleh dijadikan alasan untuk membenarkan jika kualitas out put siswa menurun. Oleh karena itu, guru harus mencari strategi baru agar sekolah tetap bisa menghasilkan output siswa yang sama bahkan lebih baik setelah PPDB sistem zonasi diberlakukan.

Baca juga:  Menyambut Datangnya “Informatika” di Sekolah

Kurikulum merdeka mengenalkan pembelajaran paradigma baru yaitu pembelajaran yang berpihak pada murid. Salah satu prinsip pembelajaran yang berpihak pada murid yaitu mempertimbangkan kebutuhan capaian belajar murid saat ini. Pembelajaran terdiferensiasi adalah strategi yang digunakan oleh penulis untuk mengakomodir perbedaan kebutuhan murid. Pembelajaran terdiferensiasi diawali dengan asesmen awal untuk mengukur apakah siswa sudah memiliki kompetensi yang harus dimiliki sebelum memulai suatu topik atau materi baru. Berdasarkan hasil asesmen awal guru akan merancang pembelajaran terdiferensisi.

Pembelajaran terdiferensiasi terkait dalam tiga hal yaitu: konten, proses dan produk. Guru menganalisis hasil asesmen awal yang telah dilaksanakan di kelas sasaran. Hasil asesmen awal menunjukkan hanya beberapa  siswa telah memiliki kompetensi awal yang wajib dimiliki untuk mempelajari topik yang akan dibahas.

iklan
Baca juga:  Siswa Nakal di Sekolah Salah Siapa ?

Guru memutuskan untuk tidak merubah konten dan produk dari pembelajaran. Guru hanya merubah atau memodifikasi proses pembelajaran. Proses pembelajaran akan menggunakan metode Tutor Sejawat (peer teaching).  “My Friend is My Teacher” adalah sebuah kalimat yang dipilih untuk menjadikan istilah Tutor Sejawat lebih menarik dan familiar bagi siswa. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Siswa yang telah memiliki kompetensi awal yang baik akan menjadi ketua kelompok sekaligus tutor sebaya (peer teaching). Metode tutor sebaya (peer teaching) My Friends is My Teacher, adalah kegiatan belajar mengajar di kelas yang memberi kesempatan pada siswa untuk mengajarkan dan berbagi ilmu pengetahuan atau ketrampilan pada siswa yang lain. Siswa dengan kompetensi awal yang baik membantu temannya yang mengalami kesulitan dalam belajar agar temannya tersebut bisa memahami materi dengan baik. Metode My friend is my Teacher dapat memberi rasa nyaman pada siswa karena pada umumnya hubungan antara teman lebih dekat dibandingkan hubungan guru dengan siswa.

Baca juga:  Mudahkan Belajar Jaring-Jaring Bangun Ruang dengan Papercraft

Dalam menggunakan metode My friend is my teacher guru memberdayakan siswa yang memiliki daya serap tinggi dari kelompok siswa itu sendiri untuk menjadi tutor atau guru bagi teman-temannya. Siswa yang menjadi tutor bertugas untuk menjelaskan materi pembelajaran dan latihan kepada teman-temannya (tutee) yang belum memahami materi. Jika kelompok tersebut menghadapi masalah maka tutorlah yang akan berkonsultasi dengan guru. Dengan dilandasi aturan yang telah disepakati bersama dalam kelompok tersebut, sehingga akan terbangun suasana belajar kelompok yang bersifat kooperatif bukan kompetitif.

Endah Sari Andriani, S.Pd

Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 2 Klaten

iklan