JATENGPOS.CO.ID, SRAGEN – Namanya pak Wardji. Usianya sekitar 60 tahun. Tiap hari bekerja mencari rosok. Tetapi mampu membeli mobil seharga Rp 175 juta cash. Sempat dianggap pengemis. Seperti apa kisahnya?
Pekan lalu, Jateng Pos Group (Jateng Pos Cetak, JatengPosTV, JatengPos.co.id), mendatangi rumah Pak Wardji. Di Bangunsari, RT 01/RW 14, Bangunsari, Sragen Kulon, Sragen Jawa Tengah.
Di rumah kuno yang sederhana itu, mobil All New Sigra matic warna putih masih terparkir di halaman setelah diatar dealer. Ditutupi terpal. Sebelumnya malah ditutupi sarung dan kain-kain jarik.
Selama dua minggu lebih, mobil tersebut hanya teronggok. Belum pernah dinaikin untuk berjalan. Bukan karena apa. Tetapi lantaran Pak Wardji ternyata belum bisa menyetir mobil.
Karena belum bisa mengemudi, jika malam istri pak Wardji tidur di dalam mobil tersebut.
“Saya pengin merasakan mobilnya. Tapi karena suami gak bisa nyetir, kalo malam saya tidur di mobil, suami tidur dalam rumah,”tutur Bu Wardji, kepada youtub JatengPosTV, pekan lalu.
Tidak bisa nyetir kok beli mobil? Menurut Bu Wardji, itu dilakukan karena sudah lama pasutri tukang rosok tersebut bermimpi bisa membeli mobil layaknya orang lain. Tetapi karena profesinya hanya pencari rosok, dia lantas menabung. Setiap dapat uang rosok lalu dijual. Sudah delapan bulan ini keduanya menabung di toples-toples yang ditaruh di dalam rumah. Ada uang seribuan, dua ribuan, hingga 100 ribuan.
“Semua itu uang dari jual rosok, atau kadang juga uang diberi orang saat keliling mencari rosok,”kata Pak Wardji, menambahkan.
Sebenarnya, pasutri ini hari-hari tidak tinggal di Sragen. Tetapi di Brebes Jawa Tengah. Keduanya sudah lama tinggal disana dan bekerja mencari rosok.
Sebulan ini, keduanya pulang ke Sragen menengok kakaknya yang sakit. Nah, saat ketemu saudaranya (kakak bu Wardji dan adiknya), itulah, mereka sepakat menjua sawah warisan. Lalu dibagi bertiga per anak dapat bagian Rp 170 juta.
“Habis dapat warisan, kita lalu beli mobil di Sragen. Uang warisan Rp 170 juta, saya tambahin uang rosok Rp 10 juta, yang saya kumpulkan selama delapan bulan cari rosok di Brebes,”kata Pak Wardji lagi.
Kakek kurus berambut panjang itu menjelaskan, supaya tidak ketahuan orang jahat, dia berangkat ke dealer berdua sama isterinya membawa uang sekarung naik angkot. Sekalian mengantar kakaknya yang sakit gula periksa di rumah sakit.
“Kenapa bawa uang pakai karung, supaya tidak kelihatan bawa uang. Kalau bawa karung paling dikira pemulung, biar tidak dijambret,”imbuh Pak Wardji, asli Brebes ini.
Nah, saat tiba di dealer, keduanya dihadang satpam. Ditanya lagi, apa maksud dan tujuanya. Sebenarnya pasutri ini sudah ketiga kalinya datang ke dealer. Pertama dicegat dan dikira pengemis. Sempat mau dikasih uan untuk pergi. Keduanya dicegat lagi. Tetapi dipersilahkan masuk karena mau lihat-lihat mobil.
“Waktu itu, mbaknya dealer juga gak yakin betul saya mau beli mobil beneran. Tetapi tetap dilayani dengan baik,”katanya.
Nah, pada kedatangan ketiga itulah, Pak Wardji benar-benar dilayani. Setelah dicek dia bawa uang beneran dalam karung, akhirnya boleh masuk dan dipertemukan sales counter.
“Waktu itu masih jam 7 pagi, kantor juga belum buka,”kata Dezy Ais, sales counter Daihatsu Zirang Mobil Sragen.
Setelah ditelepon satpam, Dezy bergegas ke kantor menemui pak Wardji. Saat ketemu, pak Wardji bilang mau beli mobil beneran. Dan sudah membawa uang cash satu karung.
“Saya kelabakan, saya telepon pimpinan saya juga. Akhirnya setelah cocok pilih mobil yang mana, kami semua lesehan di lantai menghitung uang sekarung itu. Kami hitung uang dari jam 7 sampai sekitar jam 11 siang,”kata Dezy.
Yang bikin lama, menurutnya, adalah menghitung uang recehan yang dikeluarkan dari toples-toples tabungan pak Wardji. Uangnya masih recehan, kumal-kumal, ada yang mau dimakan rayap,”imbuhnya.
Kata Pak Wardji, dari uang sekarung itu, yang Rp 170 juta uang warisan, yang Rp 10 juta uang tabungan rosok. Tapi karena harga mobilnya Rp 175 juta, dia nambain dari uang rosok Rp 5 juta, masih sisa Rp 5 juta dibawa pulang.
Menurut Dezy, waktu menghitung uang itu sempat menyita perhatian banyak orang. Karena lesehan di lantai tempat display mobil baru. Ada tumpukan-tumpukan uang yang menyita perhatian. Selain itu, pak Wardji dan isterinya berpakaian lusuh. Juga duduk di lantai. Tidak mau duduk di kursi. Saking lamanya, hampir empat jam, Dezy sampai membelikan makanan.
“Bapaknya itu juga unik, tidak mau dikasih minum, karena membawa sendiri di botol air gitu,”tambah Dezy.
Itulah kisah Pak Wardji, yang belakangan viral di media sosial. Seorang pemulung masuk dealer mobil. Membawa uang sekarung. Dikira pengemis sempat ditolak. Tapi penjual mobil dibuat tak berkutik. Setelah pemulung tersebut mengeluarkan uang Rp 175 juta dari karungnya,dan membeli mobil baru secara cash.
“Saya mau beli mobil. Bukan mau ngemis,”kata Pak Wardji, menceritikan saat datang ke dealer itu.
Setelah mobil diantar ke rumahnya, dia sendiri bingung. Dia tidak bisa nyetir. Tiap hari hanya ditutupi kain. Kadang dia hanya masuk mobil, lalu menyalakan saja.
“Ya pura-pura pegang setir gitu, kayak orang nyetir beneran. Sambil merasakan ow..gini ya rasanya nyetir mobil,”kata pak Wardji.
DIHINA ORANG
Niat membeli mobil tersebut, menurut pak Wardji, karena didasari niat yang kuat bersama isterinya. Dia mengaku pernah diejek orang saat cerita bermimpi beli mobil. Pemulung aja apa bisa beli mobil. Akhirnya mereka menabung. Dia mengira akan sekian tahun baru bisa membeli mobil, karena hanya menabung dari rosok.
“Ternyata Alloh menambah uang dari warisan. Ya sudah akhirnya kta cepet-cepet beli mobil, supaya uangnya tidak dimakan rayap,”imbuhnya.
Selain itu, dia juga mengaku sering diremehkan bus saat nyegat di jalan. Karena penampilanya lusuh, kalau nyegat bus tidak mau berhenti busnya. Padahal dia juga membayar. Dari situlah, dia bertekad untuk punya mobil sendiri, supaya tidak diremehkan orang.
KLIK VIDEO LENGKAPNYA Pemulung Viral, Beli Mobil Cash Pakai Uang Sekarung !!
ROSOKNYA DIJARAH
Saat ini, Pak Wardji masih tinggal di Sragen. Di rumah tinggalan orang tuanya itu. Rumah itu selama ini ditinggalin kakak pertamanya, yang tidak menikah, yang sakit gula. Dia bersama adiknya yang tinggal di Bekasi, sebulan lalu pulang nungguin kakaknya. Tapi kakaknya tersebut akhirnya meninggal, beberapa hari setelah pak Wardji beli mobil.
Setelah mengurusi tahlilan dan selamatan, dia rencananya balik lagi ke Brebes. Sambil membawa mobil barunya. Karena tidak bisa nyetir, dia akan sewa sopir terlebih dulu.
Di Brebes dia akan menengok rosoknya yang katanya dijarah orang, setelah ada kabar pak Wardji beli mobil di Sragen.
“Saya dikabari, rosok saya sekian ton dijarah orang. Padahal belum sempat saya jual. Mereka ngawur, dengar saya beli mobil, lalu menjarah rosok di rumah saya,”katanya.
Dia berencana lapor pihak berwajib. Karena jika dijual rosoknya bisa bernilai piluhan juta. Itu hasil mencari rosok delapan bulan lebih.
“Jadi saya masih punya simpanan uang hasil jualan rosok. Yang kemarin buat nambah beli mobil itu, baru sedikit saja,”tambah Pak Wardji, yang tidak punya anak itu.
Dia tidak tahu, kedepan siapa yang menunggui rumah tinggalan orang tua dari Bu Wardji di Sragen. Dia sendiri mau balik Brebes, adik Bu Wardji yang sudah keluarga juga balik ke Bekasi.
Menurut adik Bu Wardji, rumah tinggalan orang tua di Sragen itu dibangun tahun 1970. Dia saja belum lahir. Waktu itu, rumah tersebut paling mewah di Sragen Kulon. Selain luas, bangunanya seperti rumah gedongan. Dari tembok tebal, ornamen yang khas, hingga modelnya beratap tinggi.
“Dulu bapak saya pegawai PT.PAL Surabaya. Ibu saya pengusaha ayam potong,”katanya.
Tapi kini, rumah tersebut tidak terawat. Catnya lusuh disana-sini. Rumputnya juga liar. Padahal luas tanahnya 500 meter lebih. Maklum hanya ditinggali seorang laki-laki sebatang kara yang sakit. (jan)