Penerapan Pendekatan Active Learning diharapkan dapat mengembangkan Pengetahuan, kecakapan dan membentuk watak peserta didik. Memotivasi peserta didik untuk terlibat langsung secara aktif sehingga peserta didik dapat membangun pengalaman belajar dengan berbagai metode yang menitikberatkan kepada keaktifan peserta didik serta melibatkan berbagai potensi siswa, baik yang bersifat fisik, mental, emosional maupun intelektual untuk mencapai tujuan pendidikan yang berhubungan dengan wawasan kognitif, afektif, dan psikomotor secara optimal serta untuk melatih para siswa berpikir kritis dan analitis, bersikap dan bertindak demokratis. Penerapan Pendekatan Active learning berusaha untuk memperkuat stimulus dan respon peserta didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan.
Pembelajaran aktif adalah suatu proses pembelajaran untuk memberdayakan peserta didik agar belajar dengan berbagai cara/strategi secara aktif. Pembelajaran aktif dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang dimiliki. Di samping itu, pembelajaran aktif juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian peserta didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Confucius mengungkapkan bahwa “apa yang saya dengar, saya lupa; Apa yang saya lihat, saya ingat; Apa yang saya lakukan, saya paham.“ Dari pernyataan tersebut, menekankan pada pentingnya belajar aktif agar yang dipelajari di kelas tidak menjadi hal yang sia-sia. Silberman (2001) memodifikasi dan memperluas pernyataan Confucius dengan active learning, yaitu:
“Apa yang saya dengar, saya lupa; Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit; Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham; Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan”
Penambahan visual pada proses pembelajaran dapat menaikkan ingatan dari ingatan semula. Dengan penambahan visual (penglihatan) di samping auditori (pendengaran) dalam pembelajaran, kesan yang masuk dalam diri peserta didik dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan hanya menggunakan audio (pendengaran) saja. Hal ini disebabkan karena fungsi sensasi perhatian yang dimiliki peserta didik saling menguatkan (visual-audio). Artinya pada pembelajaran (visual-audion) sangat membantu pe- serta didik dalam memahami materi pembelajaran karena sudah diikuti dengan reinforcement.
Secara umum, proses active learning memungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama, interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan menimbulkan positive interdependence dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar. Kedua, setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar harus dapat memberikan penilaian terhadap individual accountability peserta didik. Ketiga, keefektifan proses pembelajaran aktif perlu adanya kerjasama yang tinggi untuk memupuk social skill peserta didik. Dengan demikian kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan sehingga penguasaan materi juga dapat me- ningkat.
Suatu studi yang dilakukan Thomas (1972) yang menunjukkan bahwa setelah 10 menit belajar di kelas, peserta didik cenderung akan kehilangan konsentrasinya untuk mendengarkan materi, hal ini tentu saja akan membuat pembelajaran tidak efektif dan tujuan pembelajaran dikhawatirkan tidak dapat tersampaikan. Pemindahan peran pada peserta didik untuk belajar aktif dapat mengurangi kebosanan, bahkan bisa menimbulkan minat belajar yang besar pada peserta didik.
Guru PAI SD Negeri 01 Wisnu
Watukumpul – Pemalang.