Pendidikan bukan hanya sekedar bagaimana cara memperoleh pengetahuan, namun pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan pemahaman, sikap, dan keterampilan serta perkembangan diri siswa. Untuk mencapai kompetensi tersebut, proses belajar yang dilakukan tidak hanya berlangsung di dalam kelas saja tetapi bisa dilakukan di luar kelas.
Di era revolusi industri ini, belajar harus menjadi hal yang menyenangkan. Namun, pada kenyataanya siswa masih bersikap pasif dalam kegiatan belajar yang dilakukan dalam kelas. Untuk itu, kita sebagai guru harus bisa memberikan pengajaran yang kreatif dan inovatif sehingga siswa bisa belajar dengan semangat dan menyenangkan. Pada kesempatan ini, penulis akan membahas tentang model pembelajaran Role Playing pada pelajaran PKn kelas 5 di SDN Muarareja 02 pada Kompetensi Dasar 3.3 menampilkan peran serta dalam pemilihan organisasi di sekolah tentang materi organisasi.
Pada awalnya siswa masih kurang bersemangat dalam pembelajaran karena metode belajar yang digunakan masih konvensional. Untuk nilai KKM mapel PKN yang sebesar 75 hanya 15 dari 28 siswa saja yang bisa mencapai nilai tersebut atau hanya 53,57% dari jumlah keseluruhan siswa yang tuntas. Selebihnya untuk siswa yang lain masih di bawah KKM atau sekitar 46,42% dari jumlah keseluruhan siswa masih belum mencapai nilai yang telah distandarkan. Maka dari itu, penulis mencoba menerapkan model pembelajaran Role Playing untuk meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa. Model pembelajaran Role Playing adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Hadfield, 1986). Dalam Role Playing, murid dikondisikan pada situasi tertentu diluar kelas, meskipun keadaan yang sebenarnya siswa tetap belajar di dalam kelas. Selain itu, Role Playing seringkali di maksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas, dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada diluar kelas dan memainkan peran sebagai orang lain (Syamsi, 2000).
Pada materi berorganisasi siswa mempraktikkan langsung pemungutan suara seperti pada pemilihan presiden. Untuk mengaktifkan seluruh siswa, guru membagi siswa menjadi tiga kelompok, kelompok pertama sebagai calon ketua kelas terdiri dari tiga siswa, kelompok kedua menjadi panitia pemungutan suara terdiri dari empat siswa dan kelompok ketiga sejumlah 21 siswa sebagai peserta pemungutan suara. Setiap kelompok memainkan perannnya masing-masing. Ternyata setelah menerapkan model pembelajaran Role Playing pada materi tersebut, siswa menjadi sangat antusias dan bersemangat dalam belajar. Siswa yang pemalu dan tidak percaya diri karena dikelompokkan dengan siswa yang aktif, kemudian bisa menjadi aktif karena ikut serta memainkan perannya.
Siswa yang beperan sebagai calon ketua kelas berorasi untuk megutarakan visi misinya jika mereka terpilih sebagai ketua kelas, siswa yang berperan sebagai pemilih maju satu persatu ke bilik suara untuk memberikan hak suaranya yang di pandu oleh siswa yang bertugas sebagai panitia dan terakhir siswa yang berperan sebagai panitia melakukan penghitungan surat suara yang sah dan yang tidak sah. Guru berperan sebagai fasilitator selama pembelajaran karena semua peran telah dimainkan oleh siswa, seperti pemungutan suara langsung, vooting dan aklamasi. Dengan mempraktikkan secara langsung pemungutan suara tersebut diharapkan bisa meningkatkan pemahaman siswa tentang berorganisasi.
KBM yang berjalan membuat siswa sangat antusias dalam belajar. Mereka saling bekerjasama sesuai dengan perannya masing-masing. Ternyata model pembelajaran Role Playing sangat membantu kegiatan belajar mengajar PKn kelas V SDN Muarareja 02 Kota Tegal. Hal ini terbukti dari nilai hasil ulangan PKn Kompetensi Dasar menanpilkan peran serta dalam pemilihan organisasi di sekolah tentang pemilihan pengurus organisasi sekolah ini yang menunjukkan adanya peningkatan yang awalnya hanya 53,57% saja siswa yang berhasil mencapai KKM, namun setelah beralih menggunakan model pembelajaran Role Playing nilai siswa meningkat yang mencapai lebih dari 50% dari 28 siswa .
Dalam penerapan model pembelajaran, guru harus memperhitungkan kemugkinan–kemungkinan yang dapat mengaktifkan siswa. Sebagai contoh dengan menerapkan model pembelajaran Role Playing pada mata pelajaran PKn SD tentang berorganisasi ini.
Feni Faryani, S.Pd.SD
Guru SD Muarareja 2 Kota Tegal