JATENGPOS.CO.ID –Berdasarkan hasil riset pada tahun 2014 yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan Pusat Penelitian dan Kesehatan Universitas Indonesia (Puslitkes UI) menunjukkan bahwa sebanyak 33 % pelaku penyalahgunaan narkoba berada pada rentang usia pelajar dan mahasiswa. Bahkan tak sedikit pula penyalahgunaan narkoba dilakukan oleh pelajar di kalangan pendidikan tingkat dasar Sekolah Menengah Pertama (SMP). Melihat berbagai fenomena sosial yang begitu kompleks dan memprihatinkan di atas, hal tersebut merupakan sebuah gambaran yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan dan evaluasi dunia pendidikan Indonesia untuk lebih baik lagi dalam membina para generasi penerus bangsa, karena amanat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa secara spesifik ditugaskan kepada pendidikan (Kemendiknas). Kemendiknas merupakan lembaga Negara yang secara khusus bertugas untuk mere ncanakan, melaksanakan, mengelola dan mengevaluasi kegiatan pendidikan yang ada di seluruh wilayah NKRI.
Pendidikan nasional dibawah naungan Kemendiknas secara umum harus mampu menghasilkan insan mulia yang beriman, bertakwa, berilmu dan memiliki moralitas (akhlakul karimah) yang tinggi. Adapun untuk menangani berbagai permasalahan terkait dekadensi moral tersebut salah satunya melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter pada awalnya muncul dan berkembang dilandasi oleh pemikiran bahwa sekolah tidak hanya bertanggung jawab agar peserta didik menjadi sekedar cerdas, tetapi juga harus bertanggung jawab untuk memberdayakan dirinya agar memiliki nilai – nilai moral yang memadukannya dalam kehidupan sehari-hari. Di Negara-negara Barat, di Amerika Serikat khususnya, pendidikan karakter berkembang karena dirasakan semakin lemahnya pengaruh keluarga terhadap anak-anak dan semakin kuatnya pengaruh teman sebaya, penyalahgunaan narkotika, seks bebas, tawuran antar pelajar, nilai-nilai agama semakin ditinggalkan, serta semakin banyaknya kriminalitas dan kekerasan yang pelakunya anak – anak usia sekolah.
Keberhasilan dalam membangun karakter peserta didik akan membantu dalam membangun suatu bangsa yang hebat. Oleh karena itu, kemajuan suatu bangsa juga tergantung pada kepribadian, spiritualitas, intelektualitas, serta keunggulan yang dimiliki oleh masyarakatnya. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi nilai – nilai karakter dan akhlak mulia sehingga nantinya dapat termanifestasikan dalam kehidupan sehari – hari di masyarakat.
IPA adalah studi mengenai alam sekitar, dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Salah satu tujuan pendidikan IPA yaitu menanamkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya
Dalam menanamkan pendidikan karakter pada mata pelajaran IPA pada diri peserta didik tentunya seorang guru dituntut untuk memperhatikan kepribadian peserta didiknya. Hal ini diperlukan agar peserta didik mampu memahami dan merasakan serta mengerjakan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat kelak. Salah satu pendidikan nilai karakter yang dilakukan di SMP Negeri 3 Bulukerto adalah kegiatan pembiasaan sholat dhuha berjamaah setiap hari. Sholat dhuha merupakan sholat sunah yang dilaksanakan pada waktu pagi hari atau waktu dhuha yakni ketika mataharisedang naik setinggi tombak atau naik sepenggalah, yang kira-kira antara jam tujuh sampai jam sebelas atau sampai akan memasuki sholat dhuhur. Pembiasaan sholat dhuha berjamaah yang sudah berjalan di SMPN 3 Bulukerto dilaksanakan pada pukul 06.45 WIB atau 25 menit sebelum jam masuk sekolah.
Manfaat pembiasaan sholat dhuha berjamaah terhadap pembinaan akhlak sangat baik terlihat pada perilaku produktif dalam pemanfaatan waktu, hormat, disiplin, murah hati, dan peduli sesama. Peserta didik dapat mengontrol emosi atau amarah selain itu pikiran dan hati peserta didik juga menjadi lebih tenang, sehingga akan memperlancar proses belajar peserta didik. Sholat dhuha juga melatih karakter kerja keras siswa karena selain berusaha dengan sungguh-sungguh melaluli giat dan rajin belajar tetapi juga berdo’a bertawakal kepada Allah.