Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Keterampilan lainnya berdasarkan urutannya yaitu, mendengar, berbicara, dan membaca. Keterampilan menulis menduduki urutan terakhir karena keterampilan menulis dicapai setelah siswa menguasai tiga keterampilan sebelumnya.
Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting. Mengapa dianggap penting? Keterampilan menulis sangat dibutuhkan dalam mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaan melalui karangan. Dengan kata lain menulis adalah sarana mengekspresikan ide-ide yang ada di kepala maupun pengungkapan perasaan penulisnya. Menulis merupakan penggambaran visual tentang pikiran, perasaan, dan ide dengan menggunakan simbol-simbol sistem bahasa penulisnya untuk keperluan komunikasi atau mencatat (Hargrove dan Poteet : 1984).
Dalam kurikulum 2013, pelajaran Bahasa Indonesia tidak berdiri sendiri tetapi masuk dalam muatan pelajaran yang saling berkaitan dengan mata pelajaran lain. Walaupun demikian, inti dari pembelajaran menulis seperti membuat paragraf, membuat kesimpulan, laporan dan beberapa bentuk kegiatan menulis lain tetap ada walaupun esensi materi yang diusung melibatkan materi pelajaran seperti IPA, IPS, PPKN, maupun SBDP.
Pembelajaran menulis atau membuat paragraf menjadi materi yang dihindari oleh siswa kelas V SD N Tersan Gede 2. Hampir semua siswa mengeluhkan pembelajaran ini sulit. Kesulitan itu meliputi: menuangkan ide dalam bentuk kata, merangkai kata yang sudah ada di kepala, ataupun keterbatasan kosakata yang dimiliki. Faktor lainnya adalah keterampilan menulis yang minim dan metode menulis yang monoton sehingga tidak menarik bagi siswa.
Ada berbagai macam metode, model maupun teknik untuk memudahkan siswa menulis paragraf. Diantaranya adalah teknik 3M. Teknik 3M merupakan singkatan dari mengamati, meniru, dan menambahi. Teknik ini diajarkan oleh Mardjuki (dalam Harefa, 2002:31), seorang penulis kreatif yang cukup dikenal oleh wartawan di Yogyakarta pada tahun 80-an, kepada calon-calon penulis muda, yaitu dengan 3N-nya (niteni, nirokke, nambahi).
Langkah pertama dari teknik 3M ini adalah niteni atau mengamati. Mengamati diartikan sebagai kegiatan melihat dengan cermat dan teliti mengenai sebuah objek. Kaitannya dalam pembelajaran menulis, siswa mengamati teks bacaan yang telah tersedia. Tugas siswa dalam tahap ini adalah menemukan unsur-unsur penting dan pola penulisan teks.
Meniru atau nirokke adalah langkah kedua dari teknik 3M. Meniru dalam konteks pembelajaran ini bukan diartikan dengan “menjiplak” teks yang ada di depan siswa. Siswa bukan menjiplak kata per kata, kalimat per kalimat dari teks yang disajikan. Akan tetapi siswa meniru unsur-unsur yang harus ada dalam teks dan pola-pola penulisannya.
Langkah terakhir dalam teknik 3M adalah nambahi atau menambahi. Menambahi dalam hal ini adalah memberikan warna khas terhadap tulisannya sehingga berbeda dengan objek tiruannya. Misalnya dalam objek tiruan ada unsur yang belum ditulis, maka dalam tulisannya siswa dapat melengkapi unsur tersebut.
Teknik 3M ini tentu saja mempunyai keunggulan dan kelemahan. Menurut Wicaksono ( 2014:95), keunggulan teknik ini yaitu: 1) melatih kemampuan menulis, 2) membangkitkan kegairahan belajar siswa, 3) menuntut siswa lebih aktif dan kreatif, 4) menambah kepercayaan diri siswa, dan 5) memberikan kesempatan pada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Lebih lanjut Wicaksono (2014:95) juga menyebutkan kelemahan dari teknik ini yaitu, 1) siswa harus mempunyai kematangan mental untuk belajar teknik ini, 2) proses penulisan terlalu mementingkan pengertian saja, kurang memperhatikan pembentukan sikap dan keterampilan siswa, 3) siswa yang sudah biasa menggunakan pengajaran tradisional mungkin akan kecewa bila diganti dengan teknik lain.
Melihat banyaknya keunggulan daripada kelemahan dari teknik 3M ini, maka teknik ini dianggap mampu untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa. Dengan seringnya menggunakan teknik ini, siswa akan semakin mahir menulis. Selain itu, teknik ini juga dapat membiasakan siswa untuk berpikir kreatif dan penuh inovatif.
Suindrati, S.Pd.
Guru di SD Negeri Tersan Gede 2, Kec. Salam, Magelang