Tingkatkan Pemahaman Serat Wulangreh dengan TGT

Wirawati Setya Novitasari, S.Pd. Guru Bahasa Jawa SMP Negeri 1 Jumo
Wirawati Setya Novitasari, S.Pd. Guru Bahasa Jawa SMP Negeri 1 Jumo

Salah satu pembelajaran yang kurang diminati peserta didik adalah bahasa jawa.  Peserta didik menganggap bahwa mata pelajaran tersebut tidak penting. Bahasa Jawa juga dianggap konvensional. Buku-buku referensi bahasa jawa juga cenderung dikesampingkan. Proses belajar mengajar bahasa jawa menjadi pasif dikarenakan hal tersebut. Akhirnya tidak tercapai hasil yang memuaskan dalam tahap proses maupun evaluasi.

Telaah Serat Wulangreh merupakan salah satu kompetensi dalam mata pelajaran bahasa jawa di tingkat SMP. Pada saat pembelajaran berlangsung siswa cenderung pasif. Hasil evaluasi kompetensi tersebut juga belum sesuai dengan harapan. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor diantaranya peserta didik  tidak familier dengan bahasa yang digunakan dalam Serat Wulangreh dan guru belum menggunakan cara mengajar yang menarik. Dengan kondisi tersebut guru merasa perlu merubah pembelajaran agar menarik, dan siswa terlibat di dalamnya. Corey ( dalam Sagala, 2006 : 61 ) pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan dia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi – kondisi khusus atau atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.

Baca juga:  Implementasi Integrasi Kimia dalam Grafika

Untuk meningkatkan pembelajaran itu, salah satu alternatif solusi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamnets (TGT). Menurut Huda (2013: 197) bahwa Teams Games Tournamnets merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang berguna untuk membantu peserta didik mereview dan menguasai materi pembelajaran. Dalam pelaksaaanya melibatkan peserta didik selalu aktif. Mereka diajak untuk bermain sambil belajar. Mutiah (2010: 91) bermain yang menyenangkan dengan anak lain dan dukungan orang dewasa membantu anak – anak berkembang secara optimal. Penerapan model ini dengan cara mengelompokan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja indivudual dan diskusi. Kelompok diarahkan supaya kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan dengan cara guru bersikap ramah ditambah dengan sajian bodoran (lelucon). Setelah selesai kerja kelompok, sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.

Baca juga:  Encerkan Rumus Fisika dengan Kartu Ajaib

            Kelompok dalam TGT dirancang heterogen 4 (empat) orang kemudian berikan informasi pokok materi dan mekanisme kegiatan. Kemudian siapkan meja turnament secukupnya misal 6 (enam) meja dan untuk tiap meja ditempati 4 (empat) siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke 6 (enam) ditempati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penetuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah kesepakatan kelompok.

iklan

Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja, dikerjakan dalam jangka waktu tertentu. Siswa bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja turnamen sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan julukan superior, very good, good medium.

Pada turnamen kedua (begitu juga untuk turnamen ketiga keempat dan seterusnya ) , dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, peserta didik superior dalam kelompok meja turnamen yang sama begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh peserta didik dengan gelar yang sama. Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan indivudual.

Baca juga:  Literasi Inkuiri Tingkatkan Hasil Belajar IPA

Dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, suasana pembelajaran lebih hidup, peserta didik menjadi tertarik pada kompetensi Serat Wulangreh. Mereka berusaha untuk memahami substansi materi dikarenakan ada proses kompetisi di dalam pembelajaran. Meskipun demikian peserta didik tidak merasa tertekan karena dikemas dalam permainan. Hal tersebut menjadikan proses dan evaluasi pembelajaranpun dapat meningkat.

Wirawati Setya Novitasari, S.Pd.

Guru Bahasa Jawa SMP Negeri 1 Jumo

iklan