JATENGPOS.CO.ID, – Bukan tanpa alasan Ki Hadjar Dewantara menggunakan istilah “taman” sebagai konsep pendidikannya. Taman berarti sebuah tempat bermain yang teduh, tenang, dan tentunya menyenangkan. Siswa senantiasa gembira berada di taman dan dengan senang hati menghabiskan waktu di tempat itu. Jadi pendidikan haruslah menyenangkan, dan belajar merupakan proses kegembiraan. Ketika lonceng sekolah berbunyi semestinya sebuah tanda dimulainya kegembiraan. Lalu ketika lonceng pulang berbunyi siswa akan merasa enggan untuk pulang karena tidak ingin kesenangannya berhenti.
Ikhtiar menjadikan pembelajaran sebagai kegembiraan terus didorong bersama agar tujuan pendidikan nasional segera terwujud. Saat ini, disinyalir pembelajaran di kelas terasa seperti sebuah penderitaan, lebih-lebih ketika minta tanggapan siswa pada mata pelajaran tertentu misalnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Inilah tantangan guru agar dapat mengemas pembelajarannya dengan semanis dan secantik mungkin. Harapannya, siswa akan nyaman dan aktif mengikuti pelajaran dan akhirnya pembelajaran akan lebih bermakna. Pemikiran itu seperti disampaikan Meier (2004: 92-100), bahwa kegembiraan bukan berarti menciptakan suasana ribut atau hura-hura. Kegembiraan berarti bangkitnya motivasi belajar, adanya keterlibatan penuh yang membahagiakan pada diri si pembelajar.
Untuk mewujudkan pembelajaran di atas dibutuhkan guru yang kreatif dalam menyampaikan pembelajarannya sehingga siswa tidak merasa bosan. Menurut Treffinger dalam Suprapto (2006: 6), pembelajaran kreatif (Creative learning) adalah pembelajaran yang mengupayakan proses belajar dibuat sekomunikatif mungkin sehingga situasi belajar menjadi menyenangkan. Pembelajaran kreatif membantu siswa menjadi lebih berhasil guna jika kita (guru) mampu memberdayakan siswa agar mampu menangani dan memecahkan masalah mereka sendiri. Salah satu cara untuk melibatkan siswa dalam pembelajaran sesuai karakteristik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu dengan pembelajaran menggunakan alat eksperimen inovatif sederhana atau “Alexis” dan berbantuan saling hadap berdebat atau “bersahabat”.
Sering dijumpai, guru-guru yang bertugas di sekolah dengan sarana laboratoriumnya terbatas mengeluh tidak dapat melakukan eksperimen. Padahal kegiatan eksperimen merupakan ciri khas IPA. Disamping itu, eksperimen juga merupakan cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan eksperimen dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Berarti, alat eksperimen mutlak diperlukan dalam setiap pembelajaran IPA. Pada sekolah yang terbatas jumlah maupun jenis alat eksperimen, guru dapat melibatkan siswa dalam pembuatannya. Banyak alat eksperimen yang dapat dibuat guru dan siswa dengan memanfaatkan bahan-bahan di sekitar kita. Caranya, guru memberikan tugas sebelum pembelajaran dimulai kemudian hasilnya dipakai untuk pembelajaran. Dari pengalaman penulis, pembelajaran menggunkan alat eksperimen buatan siswa sendiri, menjadikan siswa lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.
Di akhir pembelajaran, guna melihat hasil yang dicapai siswa dapat dilakukan dengan menguji dengan teknik saling hadap berdebat atau “bersahabat”. Caranya, antar kelompok saling hadap dan bertanya tentang materi yang baru selesai dipelajari. Agar lebih efektif, siswa membuat pertanyaan terlebih dahulu baru kemudian disampaikan pada siswa dari kelompok lain. Sementara itu siswa dari kelompok lain akan menjawab soal itu. Menariknya, siswa akan saling bertanya jawab dengan siswa yang berbeda-beda dari kelompok lain. Dengan bantuan ini, siswa akan asyik dan bergembira karena dalam hal ini ada unsur bermain. Lebih-lebih jika ada siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan siswa yang lainnya.
Pembelajaran semacam ini akan mampu menumbuhkan dan meningkatkan kegairahan siswa dalam belajar sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat. Hal ini disebabkan penggunaan alat eksperimen dalam pembelajaran ditopang dengan saling hadap berdebat, yang membuat siswa lebih tertarik dan tidak bosan karena ada variasi dalam pembelajaran sehingga siswa merasa senang dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pandapat Dryden, Gordon dan Vos, Jeannette (2003:17) yang menyatakan bahwa belajar akan efektif jika dilaksanakan dalam suasana menyenangkan, sehingga informasi atau pengetahuan yang komplekspun akan dapat diserap dan diingat dengan mudah. Penggunaan eksperimen menggunakan alat eksperimen inovatif sederhana berbantuan saling hadap berdebat, akan merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif, serta mengubah pembelajaran yang awalnya teacher oriented ke student oriented.
Drs. FA. Suprapto Mukti Nugroho, M.Pd.
Guru SMP Negeri 6 Temanggung, Jawa Tengah