JATENGPOS.CO.ID, – Setiap selesai mengajar, sering kali terjadi pecakapan diantara sesama guru. Salah satu guru mengatakan “ tadi saya jengkel sekali, tenaga hampir habis terkuras, waktu banyak digunakan dan suara pun hampir hilang dari tenggorokan, tetapi siswa-siswa belum juga mengerti apa yang saya terangkan”. Kadang saya bertanya pada diri saya sendiri, siapa sebenarnya yang salah? Saya ataukah siswa? Pertanyaan itu masih lebih baik dari pada langsung memfonis siswanya bodoh.
Proses pembelajaran pada hakekatnya proses komunikasi. Proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui media tertentu ke penerima pesan. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah ajaran yang ada dalam kurikulum. Sumber pesannya dapat guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan produser media. Salurannya adalah media pendidikan. Penerima pesannya adalah siswa dapat juga guru.
Pesan berupa isi ajaran yang terdapat dalam kurikulum dituangkan oleh guru atau sumber lain dalam bentuk simbol verbal (kata-kata lisan / tertulis) maupun non verbal (visual). Selanjutnya penerima pesan menafsirkan simbol-simbol komunikasi tersebut. Sering penafsiranya berhasil, ada kalanya tidak. Adanya penafsiran yang gagal berarti kurang dapat memahami apa-apa yang didengarnya, dibaca, atau dilihat dan diamatinya.
Terlepas dari siapa yang bodoh atau siapa yang pintar, semua ini terjadi pada percakapan seorang guru yang dengan segala kekesalannya mengungkapkan ketidak berhasilannya dalam mengajar.
Seiring dengan fenomena di atas, sorang guru harus mencari solusi untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Salah satu alternatif yang dapat digunakan dengan cara mengembangkan alat bantu mengajar yang paling efektif sesuai kompetensi yang diajarkan.
Secara umum yang dimaksud media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi (Aristo Rahadi, 2004: 7) Menurut Donald P. Ely dan Vernon S. Geriach (dalam Mukh Doyin dan Ety Syarifah, 2008: 59) memandang media dari dua sisi, yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit media dapat berwujud grafik, foto alat mekanik dan alat elektronik yang dipergunakan untuk menangkap, memproses dan menyampaikan informasi. Dalam arti luas media merupakan sesuatu yang dapat menciptakan suatu kondisi, sehingga memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang baru.
Berarti media merupakan metode dan teknik yang dapat digunakan guru dalam melakukan interaksinya dengan siswa agar bahan pengajaran sampai kepada siswa, sehingga siswa menguasai tujuan pembelajaran.
Pentingnya media dalam proses belajar mengajar diantaranya: pembelajaran menjadi lebih menarik perhatian siswa, dapat menumbuhkan motivasi belajar, bahan pembelajaran semakin jelas maknanya, lebih dipahami oleh para siswa, metode mengajar akan lebih bervariasi, siswa tidak bosan, siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar (aktif). Penggunaan media bukan berarti mengganti kedudukan guru. Adanya media pembelajaran merupakan alat yang membantu efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar.
Penting bagi guru untuk mengembangkan alat bantu mengajar. Dengan alat bantu mengajar pesan yang disampaikan guru mudah difahami siswa. Adanya kesamaan persepsi antara siswa dan guru akan tercapai tujuan pembelajaran. Adanya penilaian yang diberikan guru pasti terjawab oleh siswa. Diharapkan guru harus cerdas memadukan media dengan materi yang diajarkan. Kreativitas dan inovasi guru sangat berperan dalam pemilihan media. Penggunaan media yang bervariasi akan mendukung meningkatnya prestasi siswa.Tepat memilih media merupakan kunci sukses guru dalam setiap pembelajaran. Media memudahkan guru dalam pembelajaran.
Dra Dwi Endah Prihatiningsih
Kepala SMP Negeri 9 Purworejo