JATENGPOS.CO.ID, – Sebagai negara yang besar , Indonesia ini terdiri dari 250 suku. Salah satu suku terbesar adalah suku jawa. Sebagai salah satu suku terbesar , suku jawa memiliki kebudayaan yang digunakan secara turun temurun, dan masih digunakan sampai sekarang. Jawa merupakan salah satu suku yang paling unuk di nusantara . BukanĀ hanya karena mayoritas masyarakat indonesia adalah suku jawa, melainkan adanya beragam ciri khas dari suku tersebut.
Orang suku jawa dikenal dengan filosofi kehidupanya, terutama dengan apa yang diajrakan oleh sunan kalijogo. Dalam kegiatan berdakwahĀ dalam menyebarkan agama islam dipulau jawa. Sering kali sunan kalijogo menggunakan pendekatan tradisi sehingga banyak orang jawa mengikuti ajarannya.
Didalam penyebutan angka dalam bahasa jawa juga memiliki makna khusus . dalam sebutan beberapa angka terselip pesan pesan moral.Pesan moral itu bisa digunakan sebagai tuntunan hidup yang baik untuk kita orang jawa. Kita sebagai orang jawa ,untuk saat ini tidak memiliki pengertian dan pemahaman arti dari filosofi tentang angka jawa. Angka dalam bahasa jawa itu ternyata begitu bermakna dan memiliki filosofi yang tinggi .
Menyebutkan angka 11 -19 . DalamĀ Ā bahasa jawa angka 11 tidak menyebutkan dengan āsepuluh sijiā ,melainkan āsewelas ā, 12 bukan di sebutkan bahasa jawa dengan āsepuluh loroā, melainkan ārolasā , 13 bukan disebut dengan bahasa jawa āsepuluh teluā melainkan ātelulasā, 14 bukan disebut dengan bahasa jawa āsepuluh papatā melainkan āpatbelasā dan seterusnya sampai 19 disebut āsongolasā. Itu mengandung makna , bahwa dalam menyebutkan angka itu memiliki makna tersendiri dimana manusia pasa usia tersebut sudah memiliki rasa welas asih parang pepodo. Khususnya pada lawan jenis. Atau pada usia antara 11 -19 itu manusia memasuki masa baligh.
Menyebutkan angka 21-29. Dalam bahasa indonesia diucapkan sesuai pola pengucapan dua puluh satu (21), duapuluh dua (22), duapuluh tiga (23), duapuluh empat (24) dan seterusnya. Tetapi dalam bahasa jawa angka 21 -29 dalam tidakĀ menyebutkan dengan rongpuluh siji (21), rongpuluh loro(22), rongpuluh telu(23), rongpuluh papat(24), dan seterusnya. OrangĀ jawa kuno menyebutkan angka dengan menambak kata ālikurā.kecuali pada angka 25 ( selawe). Angka 21 diucapkan dengan āselikurā, 22 diucapkan dengan ārolikurā, 23 diucapkan dengan ātelulikurā , 24 diucapkan dengan āpatlikurā , 25 diucapkan āselaweā. Kata ālikurāĀ itu sendiri memiliki makna ālingguh kursiā(duduk di kursi). Hal ini diartikan pada usia 21-29 manusia sudah mendapatkan tempat duduk atau kedudukan atau profesi pekerjaan tertentu. Pada usia 21 -29 manusia sedang giat giatnya bekerja dengan profesi yang digelutinya. Sedangkan angkaĀ 25 diucapkan āselaweā orang jawa lagi seneng senenge lanang lanĀ wedok , pada usia itu paling pas untuk saatnya melaksanakan pernikahan.
Menyebutkan angka 50 . Dalam angka 50 diucapkan āseketā memiliki filosofi singkatan dari āseneng ketuhananā ( suka mengenakan peci, kopyah, ketu, atau penutup kepala ).angka 50 melambangkan jika usia seseorang sudah semakin lanjut. Sementara penutup kepala merupakan cerminan dari orang yang makin tua, seseorang akan mulai ingat dengan kematian, untuk meningkatkan bekal hidup dengan tekun beridadah.
Menyebutkan angka 60 . DalamĀ angka 60 orang jawa tidak menyebutkan ānem puluhā melainkan āsewidakāartinya sebenarnya sudah saatnya pergi. Pesan moral yang bisa dipetik saat usia 60 manusia sudah memasuki usia senja, harus memiliki pemikiran yang matang , untuk lebih berhati hati. Dalam menjalani hidup dan menyiapkan diri untuk pergi ke alam selanjutnya.
Begitu indah dan bermaknanya filosofi budaya jawa yang perlu kita āuri uriā dan diteladani. Jika kita cermati leluhur jawa itu pastilah orang orang yang berkompetenĀ dan memiliki budi luhur yang tinggi. Sekarang tugas besar kita untuk selalu melestarikan dan menjalankan atas pesan moral yang diselipkan dalam sederan angka angka dalam bahasa jawa.
Suharni S.Pd
SMK N 2 Sragen