JATENGPOS.CO.ID, – Pendidikan karakter (pendikar) atau pendidikan moral dewasa ini sangat dibutuhkan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda generasi muda kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan pada anak-anak dan remaja, penyalahgunaan obat-obat terlarang, pornografi, dan masalah sosial lainnya yang sampai saat ini menjadi PR besar untuk kita semua. Kenyataan tentang menurunnya moral dalam kehidupan manusia Indonesia dewasa ini,
terutama dikalangan anak-anak dan remaja inilah yang kemudian menuntut diselenggarakannya pendidikan karakter. Sekolah dituntut dituntut untuk memainkan peran dan tanggungjawabnya untuk menanamkan nilai-nilai yang baik dan membantu para peserta didik membentuk dan membangun karakter.
Karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat relatif tetap (Dali Gulo, 1982: p.29). Jadi pendidikan karakter adalah kegiatan atau tindakan yang mendidik yang diperuntukkan untuk para generasi muda, yang bertujuan untuk membentuk penyempurnaan individu dan melatih kemampuan diri demi menuju kearah hidup yang lebih baik.
Dengan kata lain fungsi dari pendidikan karakter adalah untuk mengembangkan potensi dasar seorang anak agar berhati baik, berperilaku baik, serta berpikiran yang baik. Apalah artinya seseorang memiliki kecerdasan intelektual tetapi mempunyai akhlak yang buruk. Banyak pejabat di negeri ini yang terjerat berbagai kasus, bukan karena mereka bodoh (intelektualitas rendah) tetapi karena moralnya rusak.
Menyadari betul betapa pentingnya penyelenggaraan pendidikan karakter untuk anak, maka sekolah kami membuat suatu program Pembiasaan sikap sebagai penguatan karakter untuk para peserta didik. Ada beberapa kegiatan yang kami lakukan dipagi hari sebelum kegiatan belajar mengajar dilangsungkan, diantaranya pembiasaan Bapak/Ibu guru piket untuk menyambut dan menyapa para peserta didik di pintu gerbang sekolah. Bapak/Ibu menyambut anak-anak dengan cara bersalaman, menyapa, mengingatkan, dan sekaligus memberikan sanksi yang mendidik pada anak-anak yang tidak sesuai atau melanggar tata tertib yang berlaku di sekolah kami. Selain kedisiplinan, kami juga menumbuhkan nilai-nilai religius pada anak-anak. Sebelum kegiatan belajar dimulai, mereka melakukan sholat dhuha secara bergantian. Untuk kegiatan ini kami membagi menjadi beberapa kelompok, mengingat daya tampung Masjid yang tidak mampu menampung sekaligus untuk pembiasaan sholat dhuha. Untuk itu ketika satu kelompok melaksanakan sholat dhuha, maka kelompok yang lain melaksanakan pembiasaan gemar membaca, literasi. Kegiatan pembiasaan sholat dhuha dan gemar membaca ini berakhir kira-kira pukul 7.15 WIB. Untuk kegiatan belajar mengajar kami awali dengan pembacaan Pancasila dipimpin salah satu siswa dan ditirukan oleh seluruh siswa dikelas tersebut, kemudian kami lanjutkan menyanyi mars kebanggaan kami yaitu MARS SMP N 1 Sambungmacan atau menyanyikan salah satu lagu wajib nasional sebagai salah satu wujud nasionalisme, rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Kegiatan Pembiasaan sikap yang kami laksanakan ternyata sangat membantu dalam mpenguatan karakter pada peserta didik kami. Sikap disiplin, religius dengan sendirinya melekat pada diri mereka. Mereka yang tadinya belum tahu dan terpaksa dalam melaksanakan peraturan/tata tertib sekolah, akhirnya mereka mematuhi dan terbentuk sikap disiplin dengan adanya pembiasaan yang kami laksanakan. Selain itu ternyata pembiasaan sikap yang kami laksanakan dipagi hari itu berdampak positif pada keharmonisan hubungan antara guru dan siswa. Sebagai buktinya, mereka selalu tersenyum sambil menganggukkan kepala sebagai tanda hormat dan menjabat tangan Bapak Ibu Guru terlebih dahulu ketika berpapasan. Dengan terbentuknya keharmonisan atau komunikasi yang baik antara guru dan peserta didik, juga membawa dampak yang bagus ketika kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Ketika ada kedekatan antara guru dan peserta didik, ketika tidak ada rasa “takut” pada diri mereka, mereka ternyata enjoy dalam kegiatan belajar-mengajar. Mereka tidak takut bertanya ketika mengalami kesulitan dalam kegiatan belajar, mereka berani untuk bertanya secara langsung maupun tidak langsung melalui media sosial.
Dengan adanya keharmonisan atau komunikasi yang baik inilah diharapkan dapat memaksimalkan penyampaian informasi dari guru pada peserta didik. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa untuk memperoleh pembelajaran yang berkualitas, prestasi yang berkualitas itu tidak bisa lepas dari komunikasi yang baik dari keduanya, yaitu antara guru dan peserta didik. Komunikasi yang baik memiliki peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.
Menjadikan manusia pintar boleh jadi mudah melakukannya, tetapi menjadikan manusia agar menjadi orang yang baik adalah suatu hal yang sulit. Ditengah maraknya krisis moral yang terjadi pada anak-anak dan remaja, keberhasilan pendidikan karakter pada peserta didik tidaklah mudah. Dukungan publik sangat dibutuhkan guna menambah kualitas pendidikan karakter yang lebih baik. Oleh sebab itu keterlibatan orang tua, sekolah, dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan untuk menciptakan generasi muda yang tangguh dan bertanggungjawab.