JATENGPOS.CO.ID, – Sulitnya memahami materi etnografi berakibat negatif bagi peserta didik maupun guru pengampu. Bagi peserta didik akan berakibat pada kurangnya rasa ingin tahu tentang materi etnografi dan berefek juga pada kurang giatnya saat mengikuti pelajaran maupun melaksanakan tugas-tugas terkait dengan mata pelajaran antropologi pada umumnya, materi etnografi pada khususnya. Dampak yang terasa pada guru bidang studi antara lain berulang-ulang melakukan proses remedial bagi peserta didik yang dominan kurang memenhi standar penilaian. Hal bijak mengantisipasi hal tersebut berulang adalah dengan melakukan perubahan baik cara mengajar maupun dukungan media atau metode yang hedak digunakan.
Adapun indikator pencapaian kompetensi (IPK) yang harus dicapai meliputi; menjelaskan sejarah etnografi, mendeskripsikan definisi etnografi, mendeskripsikan peranan penelitian etnografi, menjelaskan etnografi realis, menjelaskan etnografi strudi kasus, menjelaskan etnografi kritis, mengklasifikasikan karakteristik pokok etnografi, mendeskripsikan prosedur penelitian etnografi, menjelaskan langkah-langkah menulis etnografi dan menjelaskan studi etnografi di masyarakat serta menjelaskan penerapan etnografi dalam penelitian sosial budaya. Peserta didik diajak bersama bagaimana dapat meningkatkan kekritisannya melalui studi kasus yang berkembang saat ini. Tidak sekadar teori dalam etnografi yang mesti dipahami. Namun bagaimana penerapan-penerapan etnografi dalam penelitian sosial budaya.
Harapan dari pembelajaran berbasis studi kasus itu peserta didik menjelaskan penerapan etnografi dalam penelitian sosial budaya melalui kajian literatur, pengamatan dan diskusi tentang pengelompokkan sosial dengan menggunakan tinjauan Sosiologi. Teknisnya dibuat kelompok dan model studi kasus menggunakan pengetahuan dasar metode etnografi dalam mendeskripsikan institusi-institusi sosial. Masing-masing kelompok mendiskusikan  sistem kekerabatan, sistem religi, sistem politik, sistem mata pencaharian hidup, bahasa, kesenian  dalam suatu kelompok etnik tertentu di Indonesia. Sehingga akan didapat pemaparan-pemaparan yang cukup jelas dengan adanya tema-tema yang berbeda. Dengan demikian materi seputar etnografi melalui proses pembelajaran berbasis studi kasus akan dapat dipahami peserta didik dengan baik. Dari pihak guru pengampu juga merasa bangga karena dengan model studi kasus peserta didik cenderung aktif untuk sekadar memberi komentar maupun tanggapan.
Ndari Titis Kusumastuti, S.Pd.
Guru Antropologi SMA N 1 Boja
Â