JATENGPOS.CO.ID,– Guru harus bisa menjadi manajer yang baik di kelas yang mampu membentuk siswa menjadi siswa pembelajar. Untuk itu, guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang bisa memberikan rangsangan kepada siswa belajar.
Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen (pasal 1) dinyatakan bahwa: “Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.
Oleh karena itu, guru hendaknya bisa bersikap profesional dalam menjalankan tupoksinya sebagai guru. Termasuk dalam pembelajaran di kelas. Hal ini dikarenakan banyak peserta didik zaman sekarang nilainya masih kurang dari KKM. Lalu bagaimana langkah yang dilakukan guru agar menjadi menajer yang baik dan mampu menumbuhkan gagasan siswa dalam belajar?
TSTS (Two staytwo stray)
Ya, TSTS adalah strategi yang penulis terapkan dalam pembelajaran. Sugiyanto menyatakan bahwa teknik belajar Dua Tinggal Dua Tamu (two stay two stray) yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain.(Sugiyanto, 2008: 51-52).
Langkah yang dilakukan agar TSTS ini sesuai dengan yang diharapkan adalah membagi proses TSTS ini dalam beberapa pertemuan. Pada awal pembelajaran guru membentuk kelompok dengan cara siswa berhitung satu sampai dengan empat, siswa yang berhitung satu berkelompok dengan siswa yang berhitung satu, begitu pula seterusnya, sehingga terbentuklah 4 kelompok. Setelah terbentuk kelompok guru memberikan tugas untuk didiskusikan tiap kelompok. Dua siswa yang ditunjuk untuk bertamu tidak mau, hal ini dikarenakan mereka takut kehilangan kelompoknya.
Pada pertemuan kedua siswa yang ditunjuk untuk bertamu cepat menerima informasi dan bisa menyampaikan pada kelompok awalnya. Pada pertemuan ketiga digunakan untuk evaluasi sehingga tidak menggunakan model two stay two stray.
Dari tahapan tersebut ditemukan bahwa pada pertemuan pertama two stay two stray belum optimal. Namun hasil pengukuran kinerja kognitif sebagai alat ukur proses pembelajaran sangat baik. Pengukuran kinerja pada pertemuan I mencapai 81,11% dan pada pertemuan II mencapai 87,78%, melampaui indikator kinerja yang ditentukan sebesar 75%. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran two stay two stray pada pembelajaran PPKn di sekolah kami berjalan sangat kondusif sesuai dengan yang diharapkan.
Selain itu, dengan model TSTS yang penulis terapkan, hasil belajar siswa meningkat signifikan. Dan dampak dari penerapan model TSTS tersebut bisa dirasakan. Diantaranya adalah proses pembelajaran berjalan kondusif, adanya perubahan tingkah laku yang baik di mana siswa mau berbagi jawaban dan menghargai pendapat temannya, dan tentunya adanya tanggapan positif dari semua siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode two stay two stray.
Sukiman, S.Pd.
SDN Megulungkidul. Kecamatan Pituruh, Kab. Purworejo