Apa yang pertama terlintas didalam benak anda ketika seseorang menyebut kata matematika?. Rumit, rumus, susah, bikin pusing kepala dan lain sebagainya bukan?. Hampir setiap kita pasti mengenal matematika. Baik muda maupun tua hampir semuanya bisa berhitung matematika, meskipun hanya perhitungan dasar. Dalam kehidupan sehari-hari, kita tak pernah lepas dari matematika. Berhitung bukan hanya dilakukan oleh para pelajar di sekolah, namun dilakukan hampir setiap orang baik secara sadar maupun tidak sadar. Matematika merupakan ilmu pengetahuan fundamental yang mana menjadi bahasa universal termudah yang dapat dipahami oleh semua orang. Hampir semua bidang studi menggunakan matematika sebagai bahasa penalarannya. Matematika merupakan sesuatu yang imperatif yang mana dapat menjadi sebuah sarana untuk meningkatkan penalaran deduktif.
Tanpa matematika, diyakini pengetahuan akan terhenti pada tahap kualitatif yang tidak memungkinkan untuk meningkatkan penalaran lebih jauh. Hal ini mengindikasikan bahwa matematika merupakan ilmu yang sangat penting dikuasai oleh setiap orang. Ironisnya matematika justru menjadi momok menakutkan dikalangan pelajar. Banyak pelajar yang merasa kesulitan dalam belajar matematika, yang berimbas pada rendahnya prestasi belajar matematika. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata Ujian Nasional yang masih jauh dari standar.Hal ini mendorong para guru berlomba-lomba untuk mencari solusi yang efektif dalam rangka meningkatkan prestasi belajar matematika.
Berdasarkan penelitian dan pengalaman selama mengajar di kelas, beberapa hal yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar Matematika antara lain, yaitu: (1) siswa kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran matematika karena mereka beranggapan pelajaran matematika sangat rumit dan membosankan. (2) pelajaran matematika membutuhkan daya fikir dan belajar tinggi sehingga membuat siswa kurang menyukainya. (3) kegiatan pembelajaran matematika sangat monoton yang mengakibatkan kebosanan, (4) pembelajaran dengan model konvensional dan pemberian tugas yang terus menerus dianggap hal yang membosankan, (5) terbatasnya waktu tatap muka dengan guru.Untuk menyikapi hal ini, maka perlu adanya upaya agar siswa termotivasi untuk belajar matematika. Salah satu upaya yang dapat diterapkan adalah mengubah model pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berbasis pada keaktifan siswa.
Salah satu model pembelajaran berbasis keaktifan siswa yang dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar matematika adalah model kooperatif type Think Pair Share (TPS). TPS merupakah salah satu teknik pembelajaran cooperative learning yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu dalam kelompok. Dalam pelaksanaannya terdapat tiga langkah utama yang dilakukan dalam KBM, pertama adalah langkah think yaitu siswa dituntut untuk berpikir secara individu mengenai materi diskusi yang diajarkan, kemudian yang kedua adalah langkah pair yaitu siswa berpikir dengan teman sebangku dan berdiskusi bersama dan pada tahap terakhir adalah langkah share yaitu siswa berbagi jawaban dengan pasangan kelompok yang lain.
Secara rinci langkah pembelajaran dengan model TPS ini adalah (1) guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai, (2) siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru, (3) siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing, (4) guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya, (5) berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.
Model pembelajaran TPS dinilai dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa karena siswa diarahkan untuk berfikir dan berdiskusi bersama. Seorang siswa akan dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu TPS juga dinilai dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan berkomunikasi antar siswa, serta kerjasama dalam kelompok kecil. Dengan penggunaan model pembelajaran TPS diharapkan terjadi perubahan motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika, dan akhirnya berdampak pada peningkatan hasil belajar.
Didik Dewanti, S,Pd, M.Pd
Guru Matematika MAN 2 Sragen