JATENGPOS.CO.ID, – Materi matematika yang diberikan di Sekolah Dasar (SD) merupakan konsep dasar yang banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu diperlukan penguasaan yang memadai terhadap konsep matematika. Pemerintah berupaya meningkatkan mutu pendidikan yang dilakukan secara menyeluruh meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pengembangan aspek-aspek tersebut dilakukan untuk meningkatkan dan mengembangkan kecakapan hidup melalui seperangkat kompetensi, agar siswa dapat bertahan hidup untuk bisa berhasil di masa yang akan datang.
Matematika memiliki peranan yang sangat penting karena banyak persoalan dalam kehidupan yang memerlulakn kemampuan matematika, seperti menghitung, mengukur, dan menimbang. Menyadari akan peran penting matematika dalam kehidupan maka belajar merupakan sebuah kebutuhan dan menjadi kegiatan yang menyenangkan. Namun kenyataanya bahwa belajar matematika merupakan hal yang menakutkan bagi sebagian besar siswa. Khususnya materi operasi hitung bilangan bulat, yang melibatkan bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif.
Dalam pelaksanaan pembelajaran salah satu komponen yang sangat penting adalah guru. Guru adalah ujung tombak pendidikan. Dalam hal ini, guru mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis. Karena gurulah yang berada di barisan paling depan dalam pelaksanaan pendidikan. Guru langsung berhadapan dengan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang didalamnya mencakup kegiatan pentransferan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penanaman nilai-nilai positif melalui bimbingan dan teladan.
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi antara guru, siswa, media dan lingkungan belajar. Dengan adanya interaksi yang baik maka tujuan pembelajaran akan tercapai dengan optimal. Dalam hal ini guru dituntut aktif, kreatif, inovatif, serta mempunyai kemampuan merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
Siswa dikatakan berhasil jika telah menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Penguasaan tersebut dinyatakan dalam perolehan nilai melalui evaluasi baik secara lisan maupun tertulis.Dari data nilai yang diperoleh, maka guru dapat melakukan tindak lanjut. Jika nilai yang diperoleh siswa sudah baik maka dilakukan pengayaan, sebaliknya jika belum baik maka perlu adanya upaya perbaikan pembelajaran agar supaya masalah tersebut dapat segera teratasi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka guru perlu membuat karya inovatif dengan menggunakan alat peraga Balok Garis Bilangan (Bal Gar Bil). Karena mengajar menggunakan alat peraga akan lebih meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Informasi yang didapat akan lebih kuat tertanam dalam pikiran siswa. Hal ini membuktikan pula bahwa alat peraga sangat penting peranannya dalam keberhasilan dari sebuah proses pembelajaran.
Penggunaan alat peraga harus benar-benar sesuai dengan materi pembelajaran. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat beberapa ahli pendidikan yang mengatakan bahwa penggunaan alat peraga sangat penting untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran antara lain Jean Peaget (Swiss). Perkembangan intelektual manusia menurut Jean Peaget di bagi menjadi 4 (empat) tahap yaitu : Tahap Gerak Sesnoris (0 – 2 tahun), Tahap Pra Operasional (2 – 7 tahun), Tahap Operasional Konkret (7 – 12 tahun) dan Tahap Operasional Formal (13 tahun atau lebih). Jean Peaget menganjurkan agar dalam mengajarkan matematika di Sekolah Dasar perlu memanfaatkan alat peraga benda konkret.
Penggunaan media atau alat perga berupa balok garis bilangan memudahkan siswa dalam menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat positif dan negatif. Siswa akan lebih mudah memahami dan menguasai materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif dan negatif jika dalam proses pembelajaran menggunakan balok garis bilangan. Sehingga diharapkan dengan menggunakan karya inovatif berupa balok garis bilangan dapat memperbaiki prestasi belajar siswa terhadap materi operasi bilangan bulat baik positif maupun negatif.
Penanaman konsep pengurangan bilangan bulat ternyata tidak semudah apa yang kita bayangkan. Selama ini anggapan bahwa bentuk operasi bilangan misalnya 4 + (-3) diartimaknakan sebagai bentuk perkalian positif dengan negatif. Konsep semacam ini sungguh membingungkan siswa, karena antara jenis operasi bilangan dengan jenis bilangan jelas berbeda. Untuk itu perlu pemikiran ataupun solusi untuk mengatasi hal tersebut, diantaranya dengan proses pembelajaran menggunakan media pembelajaran dalam rangka untuk mengurangi verbalisme.
Ketidakpahaman siswa dalam materi penjumlahan bilangan bulat disebabkan oleh: (a) Penggunaan gambar garis bilangan belum mampu memotivasi siswa dan cara kerja/prinsip kerja garis bilangan masih membingungkan. Misal bentuk penjumlahan 4 + (- 3), jika dioperasikan dengan prinsip kerja garis bilangan itu sama dengan pengurangan 4 – 3. (b) Gurumasih menafsirkan bentuk a + (- b) sebagai bentuk perkalian positif dengan negatif, dan a – (- b) sebagai bentuk perkalian negatif dengan negatif. Artinya gurubelum bisa membedakan antara jenis bilangan dengan jenis operasi bilangan. (c) Anak kurang terlibat secara langsung.
Penggunaan media balok garis bilangan mampu membantu siswa dalam memahami konsep/materi pengurangan bilangan bulat negatif dengan benar. Hal ini sesuai dengan pendapat S. Pakasi dalam buku yang yang berjudul Arti dan Fungsi Alat peraga di SD, mengenai fungsi alat peraga sebagai berikut: “Fungsi alat peraga adalah menjauhkan sistem verbalisme sekolah-sekolah kita, supaya segala sesuatu yang kita ajarkan kepada anak-anak dapat dengan mudahditangkap karena kongkrit dan jelas “.