Kondisi pandemi Covid-19 telah mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Untuk memutus mata rantai penularan virus tersebut, banyak pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah, termasuk pemerintah Indonesia. Pendidikan anak sekolah dasar adalah salah satu sektor yang sangat terdampak kondisi pandemi ini. Sampai saat ini, kemendikbud masih belum mengijinkan pemerintah daerah di selain zona kuning dan hijau untuk membuka sekolah. selama darurat penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19), proses pembelajaran dilaksanakan melalui penyelenggaraan Belajar dari Rumah (BDR)
Kegiatan belajar dari rumah (BDR)  juga terjadi di SD N 1 Kesenat Kecamatan Banjarmangu,  Adapan BDR dilaksanakan dengan  pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet. Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun siswa berada di rumah. Hal ini beribas randahnya hasil belajar dan kreativitas siswa kelas 1 SD N 1 Kesenet  dari beberapa tugas yang dilakukan secara daring prosentasi keberhasilan masih dibawah KKM.
Dari permasalahan tersebut perlu model pembelajaran dimasa pandemic ini agar siswa tetap mendapatkan sebuah layanan Pendidikan yang dapat meningkatkan hasil belajar. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan tersebut memberikan kemudahan-kemudahan, yang memungkinkan pembelajaran dapat berlangsung dalam jarak jauh, tidak hanya dengan tatap muka biasa. Terlebih di tengah pandemic Covid-19 ini, pendidik dituntut untuk berusaha mencari solusi model pembelajaran yang bisa digunakan belajar dari rumah (BDR)  Adapun model pembelajaran yang digunakan selama pandemi iniadalah Blended Learning
Untuk beralih dari model pembelajaran tatap muka atau bertemu secara langsung, lalu berubah menjadi daring (online) itu sangat membutuhkan effort dan biaya yang tidak sedikit. Model Blended Learning adalah pada dasarnya merupakan gabungan keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara tatap-muka dan secara virtual.
Menurut Semler (2005)Â Blended learning adalah sebuah kemudahan pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pengajaran, dan gaya pembelajaran, memperkenalkan berbagai pilihan media dialog antara fasilitator dengan orang yang mendapat pengajaran. Blended learning juga sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung (face-to-face) dan pengajaran online, tapi lebih daripada itu sebagai elemen dari interaksi sosial.
Secara mendasar terdapat tiga tahapan dasar dalam model blended learning yang mengacu pembelajaran berbasis ICT, seperti yang diusulkan oleh Grant Ramsay (dalam Tao, 2011), yakni: (1) seeking of information, (2) acquisition of information, dan (3) synthesizing of knowledge.
Tahapan seeking of information, mencakup pencarian informasi dari berbagai sumber informasi yang tersedia di TIK, memilih secara kritis diantara sumber penyedia informasi dengan berpatokan pada content of relevantion, content of validity/releability, dan academic clarity. Pengajar berperan sebagai pakar yang dapat memberikan masukan dan nasehat guna membatasi pebelajar dari tumpukan informasi potensial dalam TIK. Pada tahapan acquisition of information, pelajar secara individual maupun dalam kelompok kooperatif – kolaboratif berupaya untuk menemukan, memahami, serta mengkonfrontasikannya dengan ide atau gagasan yang telah ada dalam pikiran pelajar, kemudian menginterprestasikan informasi/pengetahuan dari berbagai sumber yang tersedia, sampai mereka mampu kembali mengkomunikasikan dan menginterpretasikan ide-ide dan hasil interprestasinya menggunakan fasilitas TIK. Tahap terakhir pembelajaran berbasis TIK adalah tahap synthesizing of knowledge adalah mengkonstruksi/merekonstruksi pengetahuan melalui proses asimilasi dan akomodasi bertolak dari hasil analisis, diskusi dan perumusan kesimpulan dari informasi yang diperoleh.
Dengan menerapkan model pembelajaran Blended learning dapat menampilkan rancangan pembelajaran yang lebih kreatif, interaktif dan inovatif. Hal ini didukung oleh beberapa hasil penelitian yang menunjukkan efektivitas pemanfaatan TIK dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Serta  menyiapkan mental siswa agar dapat menerima dan melaksanakan model pembelajaran ini dengan baik. Sehingga mereka merasa nyaman dan terbiasa belajar aktif untuk mengembangkan daya kritis mereka dalam menyerap materi pelajaran, sehingga berimbas pada hasil belajar siswa.
Oleh : Rusmiyati,S.Pd.SD
Guru SD N 1 Kesenet
Banjarmagu-Banjarnegara