JATENGPOS.CO.ID – Sekolah yang baik pasti memiliki system pengembangan budaya sekolah yang terintegrasi dan terimplementasi dalam proses pembelajaran. Sekolah perlu inovasi–inovasi kegiatan budaya sekolah dan ter-inventarisasi-kan sesuai dengan nilai lokal, nasional, dan internasional. Semuanya menyatu ke dalam kegiatan akademik dan kegiatan kesiswaan melalui kegiatan yang bersifat intrakulikuler dan ekstrakurikuler.
Budaya yang dapat dikembangkan disekolah, khususnya di tingkat SMP antara lain: budaya keagamaan (Religi), budaya kerjasama ( team work ), budaya kepemimpinan ( leadership ).
Dalam budaya agama menanamkan perilaku atau tata krama yang tersistematis dalam pengamalan agamanya masing – masing sehingga terbentuk kepribadian dan sikap yang baik ( Akhlaqul Karimah ) serta disiplin dalam berbagai hal, termasuk budaya bersih dan peduli lingkungan.
Budaya keagamaan dapat diwujudkan dalam bentuk kegiatan 3S ( senyum, salam, sapa ), Doa sebelum dan sesudah belajar, Asmaul Husna, Doa Bersama menjelang Ujian Sekolah atau Ujian Nasional, Tadarus / hafalan juz Amma di bulan Ramadhan, Sholat Dhuha dan Dzuhur berjamaah, maupun lomba Mapel PAI dan Seni ( MAPSI ).
Kegiatan – kegiatan yang bias menumbuhkan keberagaman di lingkungan sekolah antara lain pertama, melakukan kegiatan rutin berlangsung pada hari – hari belajar biasa di sekolah yang terintegrasi dengan kegiatan yang telah diprogramkan sehingga tidak memerlukan waktu khusus, kedua menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung dan menjadi laboratorium bagi penyampaian pendidikan agama, sehingga lingkungan dan kehidupan semacam ini bagi peserta didik benar – benar bisa memberikan Pendidikan tentang caranya belajar beragama. Dalam proses tumbuh kembangnya peserta didik dipengaruhi oleh lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat.
Suasana sekolah dapat menumbuhkan budaya keberagamaan (religious culture), mampu menanamkan sosialisasi dan nilai yang dapat menciptakan generasi – generasi yang berkualitas dan berkarakter kuat, dapat membimbing peserta didik mempunyai akhlak mulia, jujur, disiplin, sehingga menjadi perilaku – perilaku utama kehidupan di masyarakat dan menjadi dasar untuk meningkatkan kualitas dirinya.
Ketiga pendidikan agama tidak hanya disampaikan secara formal oleh guru agama dengan materi pelajaran agama dalam suatu proses pembelajaran, namun dapat pula dilakukan di luar proses pembelajaran dalam kehidupan sehari – hari. Guru dapat memberikan Pendidikan secara spontan ketika menghadapi sikap / perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan ajaran agama, dengan demikian peserta didik langsung mengetahui dan menyadari kesalahan yang dilakuakan.
Keempat, menciptakan situasi atau keadaan keberagamaan, tujuannya untuk mengenalkan kepada peserta didik tentang pengertian agama serta cara pelaksanaan agama dalam kehidupan sehari – hari. Kelima memberikan kesempatan peserta didik sekolah / madrasah untuk mengekspresikan diri, menumbuhkan bakat, minat dan kreativitas pendidikan agama dalam ketrampilan dan seni, seperti membaca Al- Quran, adzan, sari tilawah, menulis, kaligrafi dan lain – lain.
Budaya kerja sama( Team work ) merupakan salah satu fitrah manusia sebagai makhluk social. Kerja sama memiliki dimensi yang sangat luas dalam kehidupan manusia, baik terkait tujuan positif maupun negatif. Dalam hal apa, bagaimana, kapan dan di mana seseorang harus bekerja sama dengan orang lain tergantung pada kompleksitas dan tingkat kemajuan peradaban orang tersebut. Semakin modern seseorang maka semakin banyak kerjasama dengan orang lain, bahkan seakan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, tentunya dengan bantuan perangkat teknologi yang modern pula.
Budaya kepemimpinan ( Leadhership ) menanamkan jiwa kepemimpinan dan keteladanan dari sejak dini. Bentuk kegiatan dapat berupa kerja keras, cerdas dan ikhlas, budaya kreatif, mandiri dan bertanggung jawab, budaya disiplin/ TPDS ( Tiem Penegak Disiplin Sekolah ), lintas juang OSIS, ceramah umum, upacara bendera, olah raga dan lain – lain.