Menulis Pantun, Siapa Takut!

Parsuni,S.Pd SMP Negeri 2 Penawagan Kab. Grobogan
Parsuni,S.Pd SMP Negeri 2 Penawagan Kab. Grobogan

GROBOGAN – Belajar pantun selama ini kurang bergairah. Disamping itu saat ini pada acara – acara televisi,kepiawaian membuat pantun masih menjadi andalan untuk melucu.Acara berbalas pantun sering ditampilkan karena dianggap membuat situasi menjadi lebih hidup.Selain itu pada lagu – lagu juga masih ditemukan pantun.Beranjak dan bertolak dari kenyataan yang ada maka pada kesempatan ini penulis membuat artikel yang berjudul ”Menulis pantun, siapa takut! “ dengan harapan tidak ada lagi ketakutan yang dialami oleh peserta didik dalam menerima materi menulis pantun.

Untuk mengawali metode menulis pantun, makaguru membagikan teks pantun,Peserta didik mulai mencermati teks pantun yang disiapkan oleh guru (penulis).Setelah peserta didik mencermati teks pantun, selanjutnya peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya tentang teks pantun yang mereka cermati.Tanya jawabpun berlangsung sangat lancar karena sebagian besar peserta didik telah mengenal dan memahami puisi rakyat yang berupa pantun.Mereka dapat menjelaskan devinisi maupun ciri – ciri pantun secara panjang lebar. Guru (penulis) merasa lega selanjutnya tinggal menegaskan  bahwa pantun adalah salah satu jenis puisi lama warisan nenek moyang kita yang kaya muatan nilai moral, agama, dan budi pekerti.

Baca juga:  Kartu Problem Vs Kartu Solusi

Melalui pantun inilah para leluhur kita mewariskan nilai – nilai luhur dengan cara menghibur,segar dan indah.TeksPantun pada umumnya terdiri atas 4 (empat) baris tiap baitnya,bersajak a-b-a-b,tersusun oleh dua elemen yaitu sampiran dan isi sehingga menjadi suatu teks yang utuh. Sampiran terletak di baris pertama dan kedua,isi terletak pada baris ketiga dan keempat,dimana menjadi tujuan dari puisi tersebut.Selain hal – hal tersebut masih ada pedoman atau syarat yang lain yaitu satu baris pantun terdiri atas empat sampai enam kata atau terurai menjadi delapan sampai dua belas suku kata.

Kaidah kebahasaan teks pantun sangat berbeda dengan teks anekdot.Di dalam teks pantun, pilihan kata (diksi) benar – benar diperhatikan guna menyampaikan gagasan sehingga diperoleh dampak tertentu seperti yang diharapkan.Bahasa yang digunakan adalah bahasa kiasan yang umumnya berupa peribahasa/ungkapan untuk mendukung makna pantun supaya seolah – olah hidup dan menarik.Penggambaran diciptakan secara tidak langsung atau penuh imajinasi, sehingga seolah – olah digambarkan dalam teks pantun dapat dilihat (imaji visual),didengar (imaji auditif ), dan dirasa (imaji taktil).Bunyi umumnya muncul dari kiasan,imaji,serta diksi yang diciptakan ketika menuturkan pantun.Biasanya ada unsur rhyme ( rima ) dan rhytm ( ritme ),guna memperindah pantundan lebih mudah mengingatnya.Penjelasan tentang pantun dirasa cukup.Kegiatan selanjutnya peserta didik diberi kebebasan mencari pasangan untuk menulis dan selanjutnya berbalas pantun.

iklan
Baca juga:  Gadget Vs Permainan Tradisional

Ditetapkan waktu 15 menit bagi peserta didik untuk menyelesaikan tugasnya.Lima belas menit waktu berlalu namun belum ada satupun pasangan yang dapat menghasilkan karya. Waktu beranjak sampai 30 menit,baru satu pasangan yang unjuk hasil, itu pun belum sempurna. 40 menit berlalu, belum ada lagi pasangan yang unjuk hasil,baru menjelang satu jam berakhir bertambah lagi satu pasangan unjuk hasil,namun sekali lagi hasilnya juga belum sempurna .

Pada umumnya peserta didik telah memahami seluk beluk tentang pantun,namun mereka masih kesulitan untuk mencipta,karena pantun memang terikat oleh syarat – syarat yang harus dipenuhi,bila salah satunya tidak terpenuhi maka pantun tidak sempurna.Untuk jumlah baris tiap bait, rumus rima atau persajakan,jumlah kata maupun suku kata, mereka telah memahami secara jelas,namun mereka tetap mengalami kesulitan dalam membuat pantun. Akhirnya guru (penulis) menemukan cara efektif menulis pantun yaitu tentukan dahulu isi pantun untuk baris ketiga dan keempat,baru kemudian lengkapi dengan sampiran untuk baris pertama dan kedua . Cara ini ternyata sangat membantu peserta didik dalam menciptakan sebuah pantun.Menit – menit selanjutnya satu demi satu pasangan berbalas pantun dapat menyelesaikan tugasnya . Menjelang akhir pelajaran semua pasangan telah menyelesaikan tugas menulis dan berbalas pantun. Peserta didik senang karena dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan guru (penulis) merasa puas atas keberhasilan peserta didik.Mulai saat itu siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Penawangan kabupaten Grobogan sangat antusias dalam pembelajaran menulis pantun. Karena kegembiraannya dapat menulis pantun dengan mudah,maka mereka sepakat berujar “Menulis pantun,siapa takut!“.

Baca juga:  Pakem, Jadikan Hasil Belajar Siswa Meningkat

Pantun merupakan puisi Melayu yang mengakar dan membudaya dalam masyarakat.Selain sebagai warisan nenek moyang kita yang kaya muatan nilai moral,agama dan budi pekerti,pantun juga menjadi salah satu bahan ajar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII semester genap.Dalam dunia hiburan pun,kepiawaian membuat pantun masih menjadi andalan untuk melucu. Maka sangatlah tepat jika saat ini penulis membuat artikel yang berjudul “ Menulis Pantu,Siapa Takut! “ sebagai motivator untuk mendorong pembaca mencipta puisi lama yang berupa pantun.Semoga artikel ini memberi manfaat kepada seluruh pembaca.

Parsuni,S.Pd

SMP Negeri 2 Penawagan,Kab. Grobogan

iklan