JATENGPOS.CO.ID, – Rasa prihatin tiba-tiba saja menyeruak saat pandangan mata tertumbuk pada beberapa sudut lingkungan sekolah yang dulunya tertata rapi, bersih dan asri dengan tanaman serta bunga-bunga yang tumbuh mempesona tetapi sekarang menjadi kurang tertata dan ada banyak coretan mulai menghiasi sudut tersebut karena ulah beberapa siswa yang kurang menghargai lingkungan sekolahnya. Lingkungan sekolah yang sudah ditata sedemikian rupa agar terlihat indah akhirnya harus kehilangan pesonanya dan mulai tidak sedap dipandang mata lagi karena aktivitassiswa yang merusak tatanan dengan ulahnya.
Fenomena yang mungkin terjadi di beberapa sekolah tersebut menimbulkan tanda tanya,latar belakang apa yang membuatmerekabisa memiliki perilaku merusak dan tidak menjaga keindahan lingkungan sekolah. Apakahdalam diri mereka hanya merasa sebagai pemakai sarana sekolah saja tetapi tidak merasa memilikinya?
Alasan yang menjadi pertanyaan di atas perlu dicarikan jalan keluardengan membuat program-program perawatan lingkungan yang melibatkan siswa, sehingga timbul rasa mencintai dan memiliki terhadap lingkungan sekolahnya. Tetapi apakah hanya sampai disitu jalan keluar masalah tersebut? Karena ternyata masih ada saja perilaku negatif siswa yang merusak keindahan lingkungan sekolah. Ada kemungkinan siswa juga butuh sarana mengekspresikan diri, hanya saja wadah untuk mencurahkan ekspresinya tersebut tidak terfasilitasi sehingga mereka mengekspresikan dirinya lewat corat-coret yang dampaknya merusak lingkungan dan sarana sekolah.
Aktivitas negatif siswa tersebut jangan sampai berlarut sehingga bisa semakin merusak citra lingkungan sekolah dan sekitarnya. Kegiatan positif yang dapat menumbuhkankreativitas siswa harus dijadikan program yang selanjutnya menjadi sebuah pembiasaan bagi siswa. Kegiatan untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap lingkungan sekolah, salah satunya dengan menggunakan latihan keterampilan pada mata pelajaran seni rupa, yaitu sketsa. Mengapa sketsa dapat dipakai sebagai sarana untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap lingkungan sekolah?
Sketsasecara khusus dimaksudkan sebagai karya ungkapan bebas menggunakan garis yang hemat dan setara dengan karya-karya lukisan atau karya seni rupa lainnya. Ia merupakan karya final yang memang sudah jadi, betapapun sederhananya. Dari definisi sketsa tersebut bisa ditangkap bagaimana peran sketsa untuk memfasilitasi siswa-siswa yang energinya  melimpah dalam menuangkan ekspresinya, khususnya dalam bidang seni rupa.
Pada saat pelajaran Seni Budaya atau pada event-event tertentu, siswa difasilitasi guru Seni Budaya untuk membuat sketsa lingkungan sekolahdengan memilih obyeknya sudut-sudut sekolah yang menarik perhatian mereka. Dalam kegiatan praktek sketsa ini siswa-siswa dituntut untuk mengamati dengan seksama dan menghayati obyek-obyek yang akan dibuat karya,mulai obyek berupa benda-benda mati, tumbuhan, bangunan dan semua obyek yang ingin dipindahkan ke atas kertas sebagai media berkaryanya. Dengan kebiasaan mengamati dan menghayati obyek-obyek yang indah hasil ciptaan Tuhan berupa tanaman-tanaman di lingkungan sekitar dan benda-benda karya manusia yang kemudian dituangkan lewat sketsa, diharapkan dapat menumbuhkan kepekaan rasa dalam diri siswa serta menumbuhkankecintaan dan rasa memiliki terhadap lingkungan sekolah. Setelah kegiatan tersebut dilakukan secara rutin diiringi evaluasi dari pembimbing sampai target yang diinginkan tercapai,selanjutnya sketsa hasil karya siswa diseleksi untukdipamerkan padaevent-event yang ada di sekolah seperti kegiatan class meeting, peringatan hari besar tertentu dan sebagai salah satu agenda rutin untuk meramaikan Hari Ulang Tahun Sekolah.
Sketsa dalam hal ini,selain dapat mengurangi aktivitas negatif siswa yang mengarah pada perusakan lingkungan, juga dapat dijadikan sebagai sarana ekspresi dan meningkatkan keterampilan menggambar serta sebagai bentuk aktualisasi diri siswa, menjadi wadah menunjukkan hasil karya mereka lewat ajang pameran sketsa yang difasilitasi oleh pihak sekolah tempat generasi muda ini menempuh pendidikannya.