JATENGPOS.CO.ID, – Perubahan kebijakan di dunia pendidikan, bukan hal baru. Sebagai pelaksana kebijakan harus siap menerimanya. Kebijakan yang diterima tidak selamanya sejalan dengan angan-angan dan harapan. Pelaksana kebijakan dituntut menyikapi kenyaatan yang ada. Berbagai gejolak muncul pada diri kita. Apa daya kita terikat dengan peraturan. Sejenak harus tenang dan bijaksana. Harus berpikir rasional. Emosi hanya memperuncing keadaan. Bingung, galau dan resah bercampur jadi satu. Situasi seperti itu terlihat dalam rapat persiapan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) sebelum turun juknis bantuan operasional sekolah (BOS) 2018. Rapat menjadi gaduh, adanya kebijakan tahun ini diharapkan kuota SMP Negeri yang mengambil jalur UNBK meningkat dan pelaksanaannya secara mandiri. Himbauan tersebut berakibat munculnya dua argumentasi yang bertentangan. Satu sisi siap dengan UNBK, di pihak lain menolak UNBK. Hampir sebagian peserta rapat memberikan pernyataan menolak UNBK. UNBK membawa berbagai persoalan intern sekolah. Sekolah harus mengeluarkan dana yang besar. Lebih parah lagi dana belum dapat di-kover dengan BOS.
Mereka yang siap UNBK dengan persepsi telah cukup laboratorium serta perangkat komputernya. Kedepan seiring majunya iptek mustahil bertahan dengan Ujian Nasional Berbasis Kertas dan Pensil (UNKP). Kita tidak boleh fanatik, tidak selamanya UNBK menghabiskan dana yang besar. Justru dengan UNBK kedepannya akan lebih berhemat. Kita tidak boleh pasang harga mati dengan UNKP kualitas akan lebih baik. Penyelenggaraan UNKP anggarannya lebih terjangkau. Semua pasti ada kelebihan dan kekurangannya.. Adanya peralihan sistem pasti membawa dampak yang panjang. Dihimbau kita harus dapat bijaksana dalam mensikapinya.
Pada awalnya memang sulit. Didalam kesulitan pasti selalu ada solusi. Ini prinsip yang harus dipegang dalam menghadapi permasalahan. Salah menentukan pilihan justru membuat permasalahan baru. Pandai-pandailah membaca peluang dan memanfaatkan kesempatan. Fakta menunjukkan dari kegiatan UNBK tahun pelajaran 2016/2017 ada yang kerjasama dengan sekolah lain, tetapi ada yang mandiri. Pada umumnya mereka yang memilih alternatif satu muncul keluhan biaya membengkak. Untuk kategori mandiri ada yang mandiri dengan komputer lengkap sesuai kebutuhan. Ada pula yang mandiri dengan komputer terbatas.
Kategori mandiri dengan komputer terbatas inilah yang dapat digunakan sebagai alternatif pilihan. Kelompok ini tetap melaksanakan UNBK dengan fasilitas komputer sekolah, komputer wali siswa, komputer guru dan staf TU, kekurangannya sewa. Mereka yang mengambil alternatif ini memiliki beberapa kelebihan. Mereka memiliki server sekurang-kurangnya jika mempergunakan dua laboratorium TIK: dua utama dan dua cadangan. Ini merupakan asset yang tetap terpakai untuk periode berikutnya. Laboratorium TIK jika kurang dapat mempergunakan ruangan kelas yang sementara dirubah fungsinya. Melalui kerjasama yang baik dan semangat kebersamaan pasti kita mendapatkan pinjaman komputer. Apabila masih terdapat kekurangan terpaksanya kita sewa komputer. Adanya kebijaksanaan ini sudah jelas dapat menekan anggaran. Lebih menguntungkan lagi apabila kita telah memiliki genset. Dapat juga kita meminta bantuan rekanan untuk meminjami genset. Sumber daya manusi (SDM) yang meliputi proktor dan teknisi tidak ada permasalahan. Mereka telah mengikuti pelatihan. Adanya kendala dapat semaksimal mungkin diatasi. Semua ini dapat menjadi pembelajaran pada UNBK tahun berikutnya.
Keberhasilan yang diraih dalam UNBK mandiri (komputer terbatas ditambah pinjaman warga sekolah dan sewa) mulai digunakan sebagai acuan bagi sekolah dengan kemampuan sejenis. Sehinga perlu dukungan semua pihak ke depannya. Hal tersebut perlu majaerial pimpinan sekolah yang baik. Semoga sukses!.
Dra. Dwi Endah Prihatiningsih
Kepala SMP Negeri 9 Purworejo