JATENGPOS.CO.ID, – Komunikasi merupakan media yang baik untuk membangun hubungan antara orang tua dan anak dalam keluarga. Pola komunikasi yang dibangun akan mempengaruhi pola asuh orang tua. Adapun pola komunikasi dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Dengan pola komunikasi yang baik diharapkan akan tercipta pola asuh yang baik.
Hasil penelitian telah membuktikan bahwa betapa pentingnya pola asuh orang tua dalam keluarga dalam upaya untuk mendidik anak. Kegiatan pengasuhan anak akan berhasil dengan baik jika pola komunikasi yang tercipta disertai cinta dan kasih sayang dengan memposisikan anak sebagai subyek yang harus dibina, dibimbing dan dididik, dan bukan sebagai obyek semata (Syaiful Bahri Djamaroh, 2004: 2).
Keluarga yang dapat menciptakan cinta dan kasih sayang tentunya keluarga yang harmonis. Cinta kasih merupakan tali jiwa antara orang tua dan anak. Cinta dan kasih sayang memberi landasan yang kokoh terhadap hubungan suami-istri, orang tua-anak, anak dengan anak, serta hubungan kekerabatan antar generasi sehingga keluarga menjadi wadah utama bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin. Persoalan muncul ketika suasana keluarga tidak kondusif, seperti misalnya seringnya terjadi konflik antara orang tua dan anak akan berimplikasi renggangnya hubungan antara orang tua dan anak. Konflik dapat terjadi karena keinginan orang tua tidak dipenuhi oleh anak yang dapat menimbulkan rasa kecewa bagi kedua belah pihak. Jika konflik ini berlarut, hubungan kasih sayang ayah-anak bisa terlupakan. Bahkan keduanya bisa bermusuhan. Kesenjangan demi kesenjangan selalu terjadi. Dan akhirnya komunikasi hamonis sulit diciptakan. Hal ini dapat menghancurkan hubungan antara orang tua dan anak dalam keluarga. Dampak dari komunikasi tidak hamonis: anak-anak akan trauma, prestasi belajar di sekolah menurun, sikap anak menjadi lebih tertutup, penakut, tidak respect (hormat) pada orang tua, dan rentan terjerumus pada hal yang negatif. Kegagalan orang tua dalam mendidik anak terjadi disebabkan kegagalan menciptakan komunikasi harmonis.
Oleh karena itu komunikasi harmonis harus memperhatikan sejumlah etika komunikasi. Etika komunikasi akan mengakrapkan hubungan antar orang tua dan anak. Dalam prespektif Islam, etika komunikasi bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Ajaran Islam yang bersumber dari keduanya harus ditanamkan kepada anak melalui pendidikan orang tua dalam keluarga. Dengan didasarkan pola komunikasi harmonis antara orang tua dan anak pendidikan akan berhasil dengan baik.
Keharmonisan komunikasi antara orang tua dan anak dapat dibangun jika sejumlah prinsip etika komunikasi dalam Islam dijadikan acuan utama oleh orang tua dalam berkomunikasi dengan anaknya, seperti qawlan karima, qawlan sadida, qawlan ma’rufa, qawlan baligha, qawlan layyina, dan qaulan maisura. Berdasarkan prinsip tersebut etika komunikasi dibangun sehingga melahirkan sejumlah aturan seperti misalnya perkataan yang sopan dan santun, kasih sayang, halus budi bahasanya, kepribadian yang mulia, kejujuran, dan keterbukaan menjadi dasar dalam bersikap dan berperilaku dalam komunikasi.
Keberhasilan orang tua membangun komunkasi dalam keluarga dalam upaya mendidik anak cerdas, tidak terlepas dari kemampuan orang tua dalam menerapkan sejumlah prisip komunikasi dalam Islam. Hal itu dapat menciptakan komunikasi harmonis. Dengan komunikasi harmonis diharapkan dapat dibentuk anak yang cerdas baik secara intelektual (IQ), maupun cerdas dalam emosional (EQ). Kecerdasan intelektual berarti anak akan dapat memecahkan permasalahan yang sulit dihadapi dalam hidupnya, dan kecerdasan emosional berarti anak akan mampu mengelola emosi dengan baik dalam kondisi dan situasi yang sulit dan terpuruk, dia akan bangkit dan optimis dalam menatap masa depan dalam hidupnya.
Siti Kalimah, M. Pd.I
Guru SMP Negeri 2 Ngrambe Ngawi